Download Kajian Kitab Laamiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Download Kajian Kitab Al-Fawa'idul Bahiyyah Fii Syarhi Laamiyah Syakhil Islam Ibni Taimiyah Rahimahullah (Ta'lif Syaikh Muhammad Bin Hizam Hafizhahullah).

Dimanakah Roh Para Nabi.?

Soal : Apakah para roh dan jasad pada nabi berada di atas langit ataukah hanya roh mereka saja yang di atas langit.?

Qurban, Keutamaan dan Hukumnya

Allah Berfirman : “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan sembelihlah hewan qurban.” (Al-Kautsar: 2)

Serba Serbi Air Alam

Allah berfirman : Dia telah menurunkan air kepada kalian supaya Dia (Allah) menyucikan kalian dengannya. (QS. Al-Anfal: 11)

Sahabatku Kan Kusebut Dirimu Dalam Do'aku

Rasulullah bersabda : Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri (dari segala hal yang baik). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sunday, December 25, 2011

Membasahi Lisan, Menyejukkan Hati

Kedamaian hati adalah dambaan setiap jiwa. Ketika hati seseorang terasa tenang dan tentram, maka jiwanya terasa ingin terbang jauh ke angkasa melintasi awan putih, lalu rebah di atasnya dengan penuh rasa bahagia. Dadanya terasa lega dan longgar tanpa ada beban sama sekali. Alangkah bahagianya si pemilik hati yang tentram dan damai.

Namun kedamaian hati itu bukanlah menghambur-hamburkan uang, mencari ketenangan di tempat-tempat wisata yang terkenal, bar-bar, discotik, mall, dan hotel-hotel yang berbintang. Bukanlah kedamaian itu dengan bersenandung, melantunkan lagu yang bernuansa romantis atau pula mengingat para artis, bintang sepak bola dan para pelawak yang kerjanya Cuma ngelaba di depan lensa cembung.

Betapa banyak selebritis-selebritis dunia yang mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis, yaitu membunuh dirinya sendiri. Padahal bersamaan dengan hal itu, mereka memiliki kekuasaan, ketenaran dan harta yang melimpah. Namun semua itu tidak dapat memberi kebahagiaan bagi jiwa mereka. Hati mereka meronta ingin lepas dari belenggu –belenggu kehidupan yang fana dan jiwanya terasa kering kerontang tanpa ada setetes embun keimanan yang menyiraminya. Mereka merasa hampa di tengah ramainya kerumunan para penggemarnya. Hal ini disebabkan karena tebalnya dosa yang telah menyelimuti hati. Sebagaimana firman Allah -Azza wa Jalla- ,

"Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka". (QS. Al-Muthoffifin: 14 ).

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكْتَتْ فِيْ قَلْبِهِ نُكْتَةً سَوْدَاءَ, فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ

"Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan suatu dosa, maka dosa itu menjadi titik hitam di dalam hatinya. Jika dia bertaubat dan mencabut serta berpaling (dari perbuatannya) maka mengkilaplah hatinya. Jika ia mengulanginya, maka titik hitam itupun bertambah hingga memenuhi hatinya." [HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (3334), dan Ibnu Majah Sunan-nya (4244). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (1620)]

Allah Yang Maha Penyayang telah memberikan solusi kepada para hamba-Nya untuk membersihkan noda-noda maksiat yang menutupi hati mereka, sehingga hati mereka menjadi suci dan tenang. Kesucian dan kedamaian hati itu akan didapatkan dengan ber-dzikir (ingat) kepada Allah -Subhanahu wa Ta’la-, baik dengan lisan, hati, dan anggota badan.

Dengan cara inilah seseorang akan merasakan manisnya iman, kebahagiaan hidup dan kedamaian yang tiada taranya. Dimana kedamaian tersebut akan menjadi istana yang megah di dalam hatinya saat suka maupun duka, senang maupun susah, resah dan gelisah; hatinya senantiasa tertambatkan hanya untuk mengingat Allah -Subhanahu wa Ta’la- dan lisannya selalu basah melantunkan lafazh-lafazh yang mulia dengan penuh rasa harap dan takut hanya kepada-Nya. Allah -Subhanahu wa Ta’la- berfirman,

“(Yaitu) orang -orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah .Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” ((QS. Ar-Ra’d:28 ).

Dengan senantiasa ber-dzikir (ingat) kepada Allah, maka ketentraman hati, keutamaan dan pahala yang besar telah menanti di depan mata. Inilah amalan yang banyak dilalaikan oleh kebanyakan manusia pada hari ini. Mereka telah disibukkan oleh dunia, pekerjaan dan keluarganya. Padahal amalan ini sangat ringan di lidah namun memiliki keutamaan yang luar biasa.

Allah –Ta’ala- berfirman,

“L aki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (mengingat) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” ( QS. Al-Ahzab: 35)

Rasulullah -Sholllallahu alaihi wa sallam- bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اْللِسَانِ ، ثَقِيْلَتَانِ فِيْ المِيْزَانِ ، حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ : سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللهِ اْلعَظِيْم

“Ada dua kalimat yang ringan bagi lisan, tapi berat dalam timbangan, dan dicintai oleh Ar- Rahman (Allah), yaitu subhanallahu wa bihamdihi dan subhanallahil ‘adzhim.”[HR. Al-Bukhari (6404 dan Muslim (6786)].

Rasulullah -Sholllallahu alaihi wa sallam- juga bersabda,

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَ أَزْكَاهَا عِنْدَ مََلِيْكِكُمْ وَ أَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ وَ خَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ اْلذَّهَبِ وَ اْلفِضَّةِ وَ خَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَ يَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوْا : بَلَى . قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى .

“Maukah kalian aku tunjukkan pada suatu amalan, yang paling baik dan paling suci di sisi Pemilik kalian (yakni, Allah), paling tinggi dalam mengangkat derajat kalian dan lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada kalian bertemu dengan musuh kalian, lalu kalian memenggal leher-leher mereka dan mereka memenggal leher-leher kalian???” Para sahabat menjawab, ”Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau -Shallallahu ‘ Alaih Wa Sallam- bersabda, “(Amalan itu adalah) dzikir kepada Allah.” [HR. At-Tirmidzi (3377) dan Ibnu majah (3790) dan di-shohih-kan oleh syaikh Albaniy dalam Shohihul Jami’ (no. 2629)]

Dikatakan kepada Abu Darda’ -radhiyallahu anhu-, ”Seorang lelaki telah membebaskan seratus budak.” Beliau -radhiyallahu anhu- mengomentari, ”Seratus budak dari harta seseorang adalah sesuatu yang banyak. Yang lebih utama dari itu adalah keimanan yang senantiasa ada di malam dan siang hari, dan lisan salah seorang diantara kalian yang senantiasa basah karena berdzikir (mengingat) Allah -Azza wa Jalla-”.

Ibnu Mas’ud-radhiyallahu anhu- berkata, ”Aku bertasbih menyucikan Allah -Azza wa Jalla- beberapa kali lebih aku sukai daripada aku menginfakkan dinar sejumlah itu di jalan Allah”.

Salman Al-Farisi-radhiyallahu anhu- pernah ditanya, ”Amal apakah yang paling Afdhal?” Beliau -radhiyallahu anhu- menjawab, ”Tidakkah engkau membaca Al-Qur’an:

“Dan sesungguhnya dzikrullah (mengingat Allah) adalah lebih besar” (QS. Al-Ankabut: 45) . [Lihat Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar, karya Syaikh Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr (hal. 33-34, dan 38) sebagaimana dalam majalah Asy-Syariah (vol.IV/no.42/1429H/2008)]

Demikianlah kemurahan dan kemudahan dari Allah bagi umat Rasulullah -Sholllallahu alaihi wa sallam-. Allah - Subhana Wa Ta’ala- memberi mereka umur yang pendek dibandingkan dengan umat-umat terdahulu, namun mereka diberi amalan yang ringan dan mudah. Amalan yang mudah dan ringan tersebut diberi balasan dengan pahala yang sangat besar. Mereka adalah umat yang terakhir, namun yang pertama masuk ke dalam surga.

Walaupun keistimewaan umat Islam besarnya seperti ini, tapi banyak orang yang tak menjadikannya sebagai motivasi dalam menambah kesyukuran. Jangankan ber-dzikir, sholat saja ditinggalkan demi dunia yang fana!! Kehidupan dunia terlalu memikat kebanyakan dari mereka. Mata mereka tersilaukan dengan keindahan dan gemerlapnya kehidupan dunia, sehingga membuat mereka lupa dari mengingat Allah yang telah menciptakan, memelihara dan melimpahkan nikmat-Nya yang tak terhitung kepada mereka. Padahal Allah -Azza wa Jalla- telah mengingatkan dalam firman-Nya,

“ Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. ” (QS. Al-Munafiqun: 9)

Ayat di atas dengan jelas mengabarkan bahwa orang yang lalai dari mengingat Allah, ia akan merugi di dunia terlebih lagi di akhirat. Ia akan sangat menyesali waktu yang ia sia-siakan dari berdzikir kepada Allah -Azza wa Jalla- sebagaimana Rasulullah -Sholllallahu alaihi wa sallam- juga telah mengingatkan,

مَا مِنْ سَاعَةٍ تَمُرُّ بِابْنِ آدَمَ لاَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى فِيْهَا إِلاَّ تَحَسَّرَ عَلَيْهَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ

“Tidak ada suatu waktu pun yang terluputkan dari anak adam untuk berdzikir kepada Allah kecuali ia akan menyesali waktu tersebut pada hari kiamat” . [HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (508). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam ShahihulJami’ (5720)].

Pembaca yang mulia, ingatlah bahwa kehidupan dunia akan berakhir dan hari pembalasan kan menjelang. Siapkanlah amal kebaikanmu sebanyak-sebanyaknya selama engkau di dunia ini. Sebab, amal kebaikan itu akan menjadi bekalmu yang akan membantumu dalam meniti perjalanan yang panjang dan berat di akhirat. Janganlah engkau terlena dengan gemerlapnya kehidupan dunia dan janji-janji kosong setan hingga engkau pun termasuk dalam deretan orang-orang yang merugi lagi menyesal. Oleh karenanya, Allah dan Rasul-Nya telah memperingatkan kita untuk memperbanyak amalan shalih selama di dunia. Allah -Azza wa Jalla- telah mengingatkannya dalam firman-Nya,

“ Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ). ” (QS. Az-Zumar: 56).

Ketahuilah, orang yang berpaling dari berdzikir (mengingat) Allah -Subhanahu wa Ta’la-, ia bagaikan mayat yang berjalan di muka bumi; setan akan menjadi pendampingnya serta akan mematikan hatinya. Rasulullah -Sholllallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda,

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

”Perumpamaan orang-orang yang berdzikir (mengingat) Rabbnya, dan orang-orang yang tidak berdzikir (mengingat) Rabbnya adalah seperti (orang) yang hidup dan mati." [HR. Al-Bukhari dalam Kitab Ad-Da'awaat (6407)].

Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

“ Barangsiapa yang berpaling dari berdzikir kepada Allah yang Maha Pemurah, kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. ” (QS. Az-Zukhruf: 36).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah-rahimahullah- berkata, ”perandaian dzikir bagi hati adalah seperti air bagi ikan. Apa jadinya keadaan ikan tanpa air ?? ” [Lihat Al-Wabilus Shayyib hal. 84. cet. Daar Ibnul Jauzy].

Oleh karenanya, seyogyanya bagi kita untuk memperhatikan perkara ini. Sebab, waktu berjalan terus dan catatan amalanpun takkan berhenti. Barangsiapa yang banyak catatan kebaikannya, maka ia adalah orang yang bahagia. Barangsiapa yang banyak catatan amalan kejelekannya, maka ia orang yang merugi lagi celaka. Jika seseorang senantiasa berdzikir, maka Allah tidak akan meninggalkan dan membiarkannya. Sebab Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

“ Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. ” (QS. Qoof: 18).

Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- menukilkan perkataan Ibnu Abbas -radhiyallahu anhu- tentang ayat diatas, “Malaikat itu mencatat setiap apa yang di ucapkannya berupa kebaikan ataupun kejelekan.”[Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim (7/308)]

Marilah kita membasahi lisan-lisan kita dengan dzikrullah agar ketentraman, kedamaian dan keberuntungan senantiasa menyertai kita baik di dunia, maupun di akhirat kelak. Sebab Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

“ Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung .” (QS. Al-Anfal: 45)

Ingatlah Allah, niscaya Allah akan mengingatmu. Ingatlah Allah di waktu senangmu, niscaya Allah akan mengingatmu dikala susahmu. Janganlah engkau ragu kepada janji Allah. Sebab, Allah sudah memastikannya dalam firman-Nya,

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152).

Pembaca yang budiman, tentunya untuk mengamalkan dzikir-dzikir dalam kehidupan sehari-hari harus yang warid (datang) dari Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadits yang shahih), karena betapa banyak orang-orang yang berdzikir sampai terisak-isak, meraung-raung sambil berlinang air matanya, akan tetapi amalannya sia-sia belaka. Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak pernah kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak". [HR. Muslim]

Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 129 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)

Copas dari : http://almakassari.com/artikel-islam/akhlak/membasahi-lisan-menyejukkan-hati.html#more-739

Friday, December 23, 2011

Daftar Isi Blog Kami


Wednesday, December 21, 2011

Dauroh Mamuju

Kajian Ilmiah, selama 2 hari :
Insya Allah Pelaksanaannya

Hari Pertama :
-  Ust. Abul 'Aliyah Salman Bin Mahmud
   Tema : "Mengenal Da'wah Ahlussunnah Waljama'ah"
   Hari/Tanggal : Sabtu,  28 Muharram 1433 H / 24 Desember 2011
   Tempat : Masjid Babul Jannah (SMP Neg. 2 Mamuju)
   Waktu : 09.00-Selesai

Hari Kedua
-  Ust. Abu Abdirrahman Musaddad
   Tema : "Hakikat Kecintaan Kepada Nabi & Tanda-Tandanya"
   Hari/Tanggal : Ahad,  29 Muharram 1433 H / 25 Desember  2011

   Tempat : Masjid Babul Jannah (SMP Neg. 2 Mamuju)
   Waktu : 09.00-Selesai

Thursday, December 15, 2011

Tabligh Akbar Makassar (Kampus UNHAS KM 10 Tamalanrea), Ust. Dzulqarnain Hafizhahullah

InsyaAllah, akan diadakan Tabligh Akbar di Makassar, dengan tema: DARI HATI KE HATI; NASEHAT BAGI PEMUDA dan PEMUDI, dengan pemateri: Al-Ustadz Dzulqarnain M.Sunusi, (Murid Syaikh Shalih Al-Fauzan-Anggota Majelis Ulama Besar Saudi Arabiah dan Murid Syaikh Muqbil Al Wadi’i-Mujaddid Negeri Yaman).
Hari: Senin 1 Shafar 1433 H/26Desember 2011
Jam: 09.00-Ashar
Tempat: Masjid Kampus Unhas KM 10 Tamalanrea Makassar (lantai 1)


Kontak: 085656204078-085398060760
TERBUKA UNTUK MUSLIMIN DAN MUSLIMAT

 Sumber : http://aasiraj.wordpress.com/

Wednesday, December 14, 2011

Do'a Kepada Allah Ada 2 Jenis

Doa kepada Allah terbagi menjadi 2[1]:
Jenis pertama: Doa ibadah.
Yaitu meminta pahala dengan menggunakan (baca: bertawassul) amalan-amalan saleh seperti: Pengucapan dua kalimat syahadat dan pengamalan konsekuensi keduanya, shalat, puasa, zakat, haji, menyembelih untuk Allah, dan bernazar untuk-Nya. Sebagian ibadah di atas ada yang mengandung doa dengan lisan (lisanul maqal) disertai doa dengan keadaan (lisanul hal) misalnya shalat. Barangsiapa yang mengerjakan ibadah-ibadah ini dan ibadah fi’liyah (yang berupa perbuatan) lainnya maka berarti dia telah berdoa dan meminta kepada Rabbnya -dengan keadaannya ketika itu (sedang beribadah)- agar Dia mengampuni dirinya.
Kesimpulannya, doa ibadah adalah seorang beribadah kepada Allah untuk meminta pahala-Nya dan karena takut terhadap siksaan-Nya. Jenis doa (ibadah) ini tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allah Ta’ala, dan barangsiapa yang memalingkan sedikit pun darinya kepada selain Allah maka sungguh dia telah kafir dengan kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama[2].
Jenis kedua: Doa mas`alah atau doa berupa permintaan.
Dia adalah permintaan akan sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi orang yang berdoa berupa mendapatkan manfaat dan terhindar dari mudharat, serta meminta sesuatu yang merupakan kebutuhannya. Adapun hukum doa mas`alah, maka terdapat rincian sebagai berikut:
  1. Jika doa mas`alah ini berasal dari seorang hamba dan ditujukan kepada yang semisalnya dari para makhluk sementara makhluk tersebut (yang ditujukan permintaan kepadanya, pent.) mampu memenuhi permintaannya, hidup, dan berada di dekatnya[3] maka ini bukanlah kesyirikan. Misalnya kamu berkata kepada seseorang: Berikan saya air minum, atau kamu katakan: Wahai fulan, berikan saya makanan, atau ucapan semacamnya, maka yang seperti ini tidak bermasalah. Karenanya beliau -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ اسْتَعَاذَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَقَالَ سَهْلٌ وَعُثْمَانُ وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ ثُمَّ اتَّفَقُوا وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ قَالَ مُسَدَّدٌ وَعُثْمَانُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا اللَّهَ لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barangsiapa yang meminta dengan menggunakan nama Allah maka berikanlah permintaannya, barangsiapa yang meminta perlindungan dengan nama Allah maka lindungilah dia, dan barangsiapa yang mengundang kalian maka penuhilah undangannya. Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah dia, tapi jika kalian tidak mempunyai sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah kebaikan untuknya sampai kalian menyangka kalian sudah membalas kebaikannya.” (HR. Abu Daud no. 4445 dan An-Nasai no. 2520)
Seseorang berdoa dan meminta kepada makhluk sesuatu yang tidak ada yang sanggup memenuhi permintaan itu kecuali Allah semata. Orang seperti ini telah berbuat kesyirikan dan kekafiran, baik makhluk tempat dia berdoa adalah orang yang masih hidup maupun telah meninggal, baik dia ada maupun tidak berada di dekatnya. Misalnya orang yang berdoa: Wahai tuanku, sembuhkanlah penyakitku, kembalikanlah barangku yang hilang, berikanlah kelapangan-berikanlah kelapangan, berikanlah aku anak. Ini adalah kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama.
Hubungan antara kedua jenis ibadah ini adalah: Setiap doa mas`alah adalah doa ibadah dan setiap doa ibadah maka pasti terkandung di dalamnya doa mas`alah. Hal itu karena ketika dia berdoa kepada Allah meminta sesuatu maka ketika itu dia sedang beribadah, dan inilah doa ibadah. Dan ketika seseorang sedang beribadah kepada Allah -misalnya shalat-, maka pasti di dalam hatinya dia meminta sesuatu kepada Allah dengan shalatnya. Dan permintaannya ini adalah doa mas`alah.


[1] Dan kata ‘doa’ di dalam Al-Qur`an terkadang bermakna doa ibadah, terkadang bermakna doa mas`alah, dan terkadang bermakna keduanya
[2] Lihat Fath Al-Majid hal. 180, Al-Qaul Al-Mufid ala Kitab At-Tauhid karya Al-Allamah Ibnu Al-Utsaimin (1/117), dan Fatawa Ibnu Al-Utsaimin (6/52)
[3] Ini syarat yang sangat penting dari dibolehkannya berdoa dengan doa mas`alah kepada selain Allah. Yakni selain Allah itu harus: Hidup, hadir dan mendengar permintaan kepadanya, dan dia mampu memenuhi permintaan tersebut.

Copas Dari : http://al-atsariyyah.com/doa-kepada-allah-ada-dua-jenis.html#more-3497

Serba Serbi Air Alam


Setiap hari mata kita menyaksikan "air". Ada air hujan, air sumur, air berubah jadi salju (es), air diubah jadi sirup teh, dan lain-lain. Demikian pula ada yang mengalir lewat sungai, selokan, dan comberan.

Sekian banyak jenis-jenis dan bentuknya, namun sedikit di antara kita yang mau mengetahui hukum-hukumnya berkaitan dengan amal ibadah kita. Artinya: manakah di antara air-air tersebut yang bisa dijadikan sebagai alat bersuci (wudhu, mandi junub, dan menghilangkan najis) sehingga ibadah kita diterima (baca: sah).

Jenis-Jenis Air
Air suci lagi menyucikan
Air ini merupakan air suci yang tidak berubah rasa, warna, baunya oleh sesuatu yang suci (seperti teh, kopi, sirup dan lain-lain), dan najis.

Air yang suci dan menyucikan ini: suci dan bisa dipakai bersuci (wadhu, mandi junub, dan lain-lain).

Syaikh Abdul Azhim bin Badawiy Al-Khalafiy dalam Al-Wajiz (hal. 17), "Semua air yang turun dari langit atau keluar dari tanah, maka ia air suci yang menyucikan".

Ringkasnya, air suci terdiri dari air hujan, embun, salju (es), air sumur, mata air, air laut, air sungai, dan air danau.

Allah -Ta’ala- berfirman:

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ

"Dia telah menurunkan air kepada kalian supaya Dia (Allah) menyucikan kalian dengannya". (QS. Al-Anfal: 11)

Jadi, Allah menjadikan air sebagai alat bersuci (berwudhu’, mandi junub, dan membersihkan najis). Adapun cairan lainnya, Allah tidak menjadikannya sebagai alat bersuci. Ini menunjukkan kepada kita, bahwa cairan-cairan lainnya tidak boleh digunakan bersuci.

Abu Muhammad Ibnu Qudamah Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, "Tidak ada khilaf di antara ulama’ -menurut pengetahuan kami- bahwa tidak boleh berwudhu’, dan mandi junub dengannya (dengan cairan selain air, seperti cuka, kuah, dan susu), karena Allah -Ta’ala- telah menetapkan kesucian air dalam firman-Nya -Ta’ala-:

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ

"Dia telah menurunkan air kepada kalian. Supaya Dia (Allah) menyucikan kalian dengannya". [QS. Al-Anfal: 11]. Cairan seperti ini tidak disebut "air".". [Lihat Al-Mughni (1/20)]

Apa yang dijelaskan oleh beliau dikuatkan oleh firman Allah -Ta’ala-:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu Telah menyentuh perempuan, Kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun". (QS. An-Nisaa’: 43)

Al-Imam Baha’uddin Abdur Rahman bin Ibrahim Al-Maqdisiy -rahimahullah- berkata dalam Al-’Uddah Syarh Al-’Umdah (hal.13), "Allah -Subhanahu wa Ta’ala- mengarahkan kita ke tanah ketika tidak adanya air. Andaikan di sana ada cairan boleh digunakan untuk berwudhu’, niscaya Allah akan mengarahkan kita kepadanya. Tatkala Allah mengarahkan kita dari air ke tanah, maka itu menunjukkan bahwa tidak sah bersuci dari hadats, kecuali dengan menggunakan air".

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

"Dia (air laut) itu suci airnya, lagi halal bangkainya" [HR. Ahmad (2/237), Abu Dawud (83), At-Tirmidziy (69), An-Nasa’iy (1/176) dan Ibnu Majah (386). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- dalam Irwa Al-Gholil (no. 9)].

Faedah
Jika air suci ini bercampur dengan sesuatu yang suci, namun tidak mengubah namaya sebagai "air", maka ia dianggap tetap suci lagi menyucikan. Ummu Hani’ -radhiyallahu ‘anha- berkata:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ اغْتَسَلَ هثوَ وَمَيْمُوْنَةَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ فِيْ قَصْعَةٍ فِيْهَا أَثَرُالْعَجِيْنِ

"Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mandi bersama Maimunah dari satu bejana dalam satu piring besar, di dalamnya terdapat bekas adonan". [An-Nasa’iy dalam As-Sunan (240), dan Ibnu Majah dalam As-Sunan (378). Syaikh Al-Albaniy men-shohih-kan hadits ini dalam Al Irwa’ (1/64), dan Al-Misykah (485)]

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada wanita-wanita yang memandikan jenazah putrinya.

اِغْسِلْنَهَا ثَلَاثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَاجْعَلْنَ فِيْ الْأَخِرَةِ كَافُوْرًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُوْرٍ

"Mandikan dia tiga kali, atau lima, atau lebih dari itu -jika kalian memandang hal itu perlu- dengan menggunakan air dan daun bidara. Berikan (campurkan) pada akhirnya dengan minyak kayu putih, atau sesuatu darinya". [HR. Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (1253) dan Muslim dalam Shohih-nya (939)]

Namun jika air suci bercampur dengan sesuatu yang suci berupa bubuk kopi atau sirup, maka ketika itu tidak boleh dipakai bersuci, karena ia bukan lagi disebut "air", tapi disebut "kopi" atau "sirup". Demikian pula, parfum yang diperas dari bunga-bunga, tidak bisa dipakai bersuci, karena ia bukan disebut "air", sekalipun nampak cair seperti air.

Al-Imam Muwaffaquddin Abdullah bin Ahmad Ash-Sholihiy -rahimahullah- berkata dalam Al-Mughni (1/20) ketika menjelaskan air yang berubah sehingga tidak bisa dipakai lagi bersuci, "Ini ada jenis. Pertama, sesuatu yang diperas dari sesuatu yang suci, seperti air bunga, air cengkeh, sesuatu yang menetes dari akar pohon, jika dipotong dalam keadaan basah. Kedua, air yang bercampur dengan sesuatu yang suci, dan lebih dominan dibandingkan bagian-bagian air sehingga ia menjadi celupan atau tinta, atau cuka, atau kuah, dan sejenisnya. Ketiga, air yang dimasak bersama dengan sesuatu yang suci, lalu air itu berubah (sifatnya), seperti kuah kacang yang dididihkan".

Airnajis
Air najis adalah air yang bercampur dengan najis yang memberi pengaruh pada salah satu sifatnya (rasa, baunya, dan warnaya) jika berubah rasanya atau baunya, atau warnanya, maka air ikut jadi najis. Jadi, air tidak dihukumi najisnya, sekalipun ada najis jatuh padanya, kecuali jika berubah salah satu sifat tersebut. [Liihat Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah wal Al-Kitab (hal.17)]

Hakekat Bersuci
Setelah mengetahui serba-serbi air alam; ini yang bisa dipakai bersuci, dan ini yang tak bisa dipakai, maka saatnya Pembaca perlu mengetahui hakekat bersuci agar bisa memahami maknanya.

Ath-Thoharoh ‘bersuci’ secara bahasa, "Bersih dan berlepas diri dari dari kotoran-kotoran yang kongkrit, dan abstrak". [Lihat Al-Mulakhkhosh Al-Fiqhiy (1/18)]

Adapun Ath-Thoharoh menurut istilah sya’iy, maka ia adalah, "Menghilangkan sesuatu yang menghalangi sholat berupa hadats atau najis, dengan menggunakan air, dan tanah". [Lihat Al-Mughniy (1/12), cet. Hijr]

Hukum Bersuci
Bersuci merupakan perkara yang diperintahkan di dalam syari’at Islam. Allah -Ta’ala- berfirman,

وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

"Telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud". (QS. Al-Baqoroh: 125)

Allah -Ta’ala- berfirman,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

"Dan pakaianmu bersihkanlah". (QS. Al-Muddatstsir: 4)

Ayat ini menunjukkan wajibnya membersihkan dan menghilangkan najis dari badan, pakaian, dan bejana yang kita pakai, jika kita mengingat dan mampu melakukannya.

Adapun hadats (seperti, kentut, buang air, tidur pulas, junub, dan lainnya), maka ini juga wajib ketika ingin sholat atau mau melakukan ibadah yang dipersyaratkan kesucian hadats di dalamnya.

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُوْرٍ

"Sholat tak akan diterima, tanpa bersuci". [HR.Muslim dalam Shohih-nya (224)]

Urgensi dan Fadhilah Bersuci
Bersuci merupakan penentu sahnya sholat seorang hamba. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ مَنْ أَحْدَثَ حَتّّى يَتَوَضَأَ

"Tidak akan diterima sholatnya orang yang berhadats sampai ia berwudhu’". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (135), dan Muslim dalam Shohih-nya(225)]

Orang yang suka bersuci adalah orang yang dicintai oleh Allah -Ta’ala- sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri". (QS. Al-Baqoroh: 222 )

Allah -Ta’ala- berfirman ketika memuji para sahabat yang menegakkan sholat di Masjid Quba’,

فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

"Di dalam mesjid itu (Quba’), ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih". (QS. At-Taubah: 108)

Teledor dalam bersuci dari najis merupakan salah satu sebab yang mengantarkan seseorang mendapatkan siksa kubur. Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- berkata,
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مََّر بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا يُعّذَّبَانِ وَمَا يَعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ, بَلَى إِنَّهُ كَبِيْرٌ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِيْ بِالنَّمِيْمَةِ, وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِه

"Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah melewati dua kubur seraya bersabda, "Sesungguhnya kedua (penghuni)nya disiksa, sedang ia tak disiksa karena perkara besar (menurut sangkaanya, pen). Bahkan itu (sebenarnya) adalah perkara besar. Adapun salah satu diantaranya, ia melakukan adu domba. Adapun yang kedua, ia tidak berlindung dari (percikan) kencingnya". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (216), dan Muslim dalam Shohih-nya (111), Abu Dawud dalam As-Sunan (20), An-Nasa’iy As-Sunan (2069), dan Ibnu Majah As-Sunan (347)]

Jadi, kencing sembarangan, dan gosip yang merusak hubungan dua pihak merupakan perkara yang besar di sisi Allah, sekalipun ia "remeh" dalam pandangan sebagian manusia.

Jenis-Jenis Ath-Thoharoh ‘Bersuci’
Para ulama menjelaskan bahwa bersuci ada dua jenis, yaitu:

Pertama, Thoharoh Haqiqiyyah : Bersuci dari khobats ‘najis’. Thoharoh jenis ini dilakukan pada badan, pakaian, bejana, dan tempat.

Kedua, Thoharoh Hukmiyyah : Bersuci dari hadats. Thoharoh jenis ini hanya dilakukan pada badan. Namun perlu diketahui bahwa jenis kedua terdiri dari 3 macam:

Thoharoh Kubro , yaitu mandi wajib alias mandi junub.
Thoharoh Sughro , yaitu berwudhu’.
Thoharoh Badal : thoharoh pengganti bagi mandi junub, dan berwudhu’, yaitu tayammum.
Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 18 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)

http://almakassari.com/?p=119 

Copas dari : http://darussalaf.or.id/stories.php?id=776

Kajian Lampa', Polman, oleh Ustadz Khaidir Bin Muhammad Sunusi Hafizhahullah

Bismillah
Alhamdulillah, kembali diadakan kajian ilmiah salafiyyah bersama Al-Ustadz Abu 'Abdillah Khaidir Bin Muhammad Sunusi Hafzhahullah, yang insya Allah akan dilaksanakan pada :

- Hari / tanggal : Ahad, 22 Muharram 1433 H (18 Desember 2011)
- Pukul 10.00 (pagi)-selesai
- Tempat, Masjid As-Sunnah, jl. sila-sila, Lampa', Mapilli, Kab. Polman, Prov. Sul-bar

Kontak Panitia :
1. Abu Afif (085299432939)
2. Abul Musthofa (085242222443)

Catatan : adapun temanya belum ditentukan



Tuesday, December 13, 2011

Daurah Surakarta, Ust Abdul Barr Kaisenda

InsyaAllah, akan diadakan Kajian Islam Intensif 2 Hari
bersama Ustadz Abdul Barr Kaisenda
Materi : Kitab Riyadhus Shalihin (Bab Niat & Taubat)
Hari Sabtu-Ahad
Tanggal 22-23 Muharram 1433 H/17-18 Desember 2011
Di Masjid Jajar Surakarta

Info: 081 21538967-085728504800
Siaran Langsung: Radio Al Madinah FM 102.7 Mhz dan www.almadinah.or.id
Sumber Info: http://al-ilmu.info/solo/dauroh-solo-kitab-riyadhus-shalihin-bab-niat-taubat


Copas Dari :  http://aasiraj.wordpress.com/

Adakah Perubahan Dalam Al-Qur'an.?

Soal : Apakah benar bahwa mushaf Al Qur’an yang ada sekarang ini telah mengalami adanya perubahan ?
Jawab : Al Qur’an adalah Kalamullah (firman Allah ‘Azza wa Jalla) yang diterima oleh Jibril ‘Alaihis Sallam dari Allah kemudian dibacakan kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassallam. Dan Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassallam mendengar langsung dari Jibril dan beliau menerima dari jibril sebagaimana yang Allah firmankan.

Dan Allah memeliharanya di qolbunya Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassallam. Allah Ta’ala berfirman : QS Al Qiyamah:16-19 (artinya)

16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.

Berkata Ibnu Jarir Rahimahullah dalam tafsirnya : “Para ahli tafsir berbeda dalam menyebutkan sebab kenapa dikatakan kepada beliau : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya, Maka sebagian berpendapat : dikatakan yang demikian itu karena beliau apagbila turun kepadanya sesuatu dari Al Qur’an beliau cepat-cepat hendak menghafalnya karena rasa cinta beliau kepada Al Qur’an. Maka dikatakan kepada beliau : Jangan kamu cepat-cepat karena kami yang akan menjaganya untuk kamu. Sebagian ulama’ berkata : bahwa yang menjadi sebab dikatakan demikian itu adalah beliau banyak membaca Al Qur’an karena takut melupakannya, sehingga dikatakn kepada beliau : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya untukmu. Dan kami yang akan membacakan kepadamu sehingga engkau tidak lupa. ( Tafsir Ibnu Jarir 29/187).
Allah ta’ala berfirman : QS Al Hijr: 9 (Artinya)
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.

Adz Dzikr adalah Al Qur’an dan sungguh Allah telah menjaganya bagi kaum muslimin dan para shahabat Nabi langsung mengambilnya dari Nabi mereka baik secara tertulis maupun hafalan. Kemudian mereka menyampaikan kepada ummat persis tidak ada perubahan atau pengurangan. Sungguh Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu telah mengumpulkannya pada jaman kekhalifahannya dengan perantaraan Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu kemudian dilanjutkan oleh Utsman Radhiyallahu ‘anhu pada kekhalifahan beliau dalam satu huruf agar tidak ada perbedaan ditubuh ummat dalam masalah ini.
Barang siapa berpendapat bahwa Al Qur’an sudah tidak terjaga atau telah masuk padanya perubahan atau pengurangan maka dia telah sesat dan menyesatkan. Dia harus dimintai bertaubat sehingga ia mau bertaubat dan kalau ia tidak mau taubat maka wajib bagi pemerintah untuk menegakkan hukum bunuh padanya dikarenakan ia telah murtad. Karena pendapat dia telah menentang firman Allah : QS Al Hijr:9 (artinya)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.

Serta menentang ijma’nya kaum muslimin tentang terpeliharanya kemurnian Al Qur’an dan selamatnya Al Qur’an dari berbagai perubahan.
Untuk inilah ulama’ kaum muslimin mengingkari orang-orang syiah bathiniyyah yang mereka menyangka bahwa Al Qur’an yang ada ditengah-tengah kaum muslimin adalah kurang, dan yang ada ditangan merekalah yang lengkap. Ini merupakan kebatilan yang paling bathil,

Kepada Allah kita mohon hidayah taufiq dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad , keluarga serta para shahabat beliau.

Dewan riset dan penelitian ilmiyyah dan fatwa

Ketua Wakil Ketua

Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz Abdur Razzaaq ‘Afify

Anggota Anggota

Abdullah bin Ghadyaan Abdullah bin Qu’ud


(Diterjemahkan oleh Ust. Abu Abdillah MRf. Dari kitab Fatawa Lajnah Ad Daaimah lilbuhuts al Ilmiyyah wal Ifta’ jilid 4 (Bag. Tafsir) dengan meringkas pertanyaan)
Penulis: As Syaikh Ahmad bin Abdur Rozzaq Ad Duwaisy
http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=76

Copas dari :  http://al-karawanjy.blogspot.com/2011/12/adakah-perubahan-dalam-al-quran.html

Bantahan Atas Penolak Hadits "Melihat Allah"

Penulis : Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

Kaum mu’tazilah mengingkari hadits-hadits tentang Ru’yah yang menyatakan akan dapat dilihatnya Allah pada hari Kiamat. Mereka berdalil dengan ayat-ayat yang terkesan menafikan secara mutlak akan dilihatnya Allah سبحانه وتعالى pada hari kiamat. Seperti firman Allah:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ. ]الأعراف: 143[

Dan tatkala Musa datang untuk (bermunajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Allah telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Rabb-ku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Allah menjawab: "Kamu sekali-kali tidak akan sanggup melihat-Ku. Tapi lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap ada di tempatnya (seperti sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Rabb-nya menampakkan diri pada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama-tama beriman". (al-A’raaf: 143)

Monday, December 12, 2011

BANDUNG BERLIMPAH ILMU: Daurah Bandung 5 Hari bersama Al-Ustadz Abdurrahman Lombok (Pengasuh Ponpes Imam Asy Syafi’i Sumbawa Besar-NTB

BANDUNG BERLIMPAH ILMU. InsyaAllah, akan diadakan Daurah/Kajian Islamiyah 5 hari di Bandung, bersama AL-USTADZ ABDURRAHMAN LOMBOK (Pengasuh Ponpes Imam Asy  Syafi’i Sumbawa Besar-NTB), Jum’at 21 Muharram 1433 H/16 Desember 2011 – Selasa 25 Muharram 1433 H/20 Desember 2011.
> Jum’at: Khutbah Jum’at dan dilanjutkan dengan daurah ba’da ‘ashar-isya dengan tema: BERSAMA-SAMA MENJALIN KELUARGA SAKINAH. Tempat: Ma’had/Pesantren Adhwaus Salaf, Cileunyi -Bandung
> Sabtu: Daurah, dengan Tema: DENGAN AKHLAK YANG BAIK, PERGAUILAH MANUSIA!. Tempat: Masjid Al-Fithrah RSU PT Pindad. Jam 09.00-Selesai
> Ahad: Daurah, dengan Tema: DARI DUNIA KITA GAPAI AKHIRAT. Tempat: Masjid Agung Al-Ukhuwah Balai Kota Bandung. Jam 09.00-Selesai
> Senin: Taushiyah Ba’da Shubuh. Tempat: Ma’had Adhwaus Salaf, Cileunyi-Bandung.
> Selasa: Daurah, dengan tema: Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah. Tempat: Ma’had Adhwaus Salaf, Cileunyi-Bandung.
Informasi: 081394411295-085294965919-081320621998
Siaran Langsung: Radio Shohabat 107.7 FM dan www.radioshohabat.com
TERBUKA UMUM (MUSLIMIN-MUSLIMAT)
Sumber: http://adhwaus-salaf.or.id/2011/12/10/dauroh-ilmiyah-islamiyah-5-hari/

Copas dari : http://aasiraj.wordpress.com/2011/12/12/bandung-berlimpah-ilmu-daurah-bandung-5-hari-bersama-al-ustadz-abdurrahman-lombok-pengasuh-ponpes-imam-asy-syafii-sumbawa-besar-ntb/

Saturday, December 10, 2011

Kajian Islam bersama Al-Ustadz Dzulqarnain M.Sunusi di Surabaya dan Sidoarjo: Muharram 1433 H

InsyaAllah, akan diadakan Kajian Islam, bersama Al-Ustadz Dzulqarnain M.Sunusi
(Murid Asy Syaikh Muqbil Al-Wadi’i -Yaman- , & Murid Asy Syaikh Shalih Al-Fauzan -Anggota Majelis Ulama Besar Saudi Arabaiah)
A. Bertempat di Masjid Manarul Ilmi Kampus ITS
Tema : Menggapai Ampunan Allah
pada 21 Muharram 1433
Jumat 16 Desember 2011
ba’da subuh-selesai
terbuka untuk umum (putra dan putri)
B. Bertempat di Masjid Ar Royan Galaxy Bumi Permai
Semolowaru Sukolilo Surabaya
Tema :
1. Keutamaan Islam
(Kajian Kitab Fadhlul Islam)
Khusus Putra.
pada 21-22 Muharram 1433 H
Jumat dan Sabtu
16-17 Desember 2011
jam 08.30-21.00 2. Ceramah Keluarga : Tipe-Tipe Suami
Penjelasan Hadits Ummu Zar’in
Terbuka untuk umum Putra dan Putri
pada 23 Muharram 1433 H
Ahad 18 Desember 2011
jam 08.00-12.30
C. Bertempat di Masjid Al Khalil Abu Tauhid
Jl. Monginsidi Sidoklumpuk (depan KBIH Rohmatul Ummah))
Sidoarjo
pada 23 Muharram 1433 H
Ahad 18 Desember 2011
ba’da ashar-selesai
Disiarkan di situs : www.annashradio.com
Informasi :
1. Bp. Zuhri  :             081 357 113 933
2. Reza :             0852 3270 8098
3. Masjid Ar Royan : 031 7046 1996
Rute ke Masjid Ar Royan :
Dari terminal bus Purabaya (bungurasih) naik biskota ke terminal bratang,
kemudian naik angkot LYN JBM turun di Perum Galaxy Bumi Permai
lalu jalan kaki ke selatan ke arah Masjid Ar Royan kurang lebih 10 Menit
Sumber: Milis An-Nashihah, dengan perubahan.
Copy dari : http://aasiraj.wordpress.com/2011/12/06/kajian-islam-bersama-al-ustadz-dzulqarnain-m-sunusi-di-surabaya-dan-sidoarjo-muharram-1433-h/#more-544

Wednesday, December 7, 2011

Tabligh Akbar Jeneponto


Hadirilah,
Kajian Ilmiah Islamiah:
PETUAH-PETUAH DALAM MEMBANGUN KEJAYAAN UMMAT,
InsyaAllah, pada:
Hari/Tanggal: Ahad/16 Dzulhijjah 1432 H/13 Nopember 2011.
Pemateri: Al-Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi
(Murid Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’i –Mujaddid Negeri Yaman & Murid Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan-Anggota Majelis Ulama Besar Saudi Arabia)
Tempat: Masjid Agung Kabupaten Jeneponto, Sul-Sel.
** InsyaAllah akan dibuka oleh Bupati Jeneponto.
** Tabligh akbar ini dapat didengarkan langsung via website : www.an-nashihah.com atau www.almakassari.com
Kontak: 085242331063 / 085299524593

Sunday, December 4, 2011

Laksana Bulan dan Bintang

Diantara hikmah ilahi, Allah -Subhanahu wa Ta’la- menciptakan kegelapan sebagai waktu untuk beristirahat bagi makhluk hidup dan untuk mendinginkan suhu udara bagi tubuh makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan. Allah tidak membiarkan malam gelap dan kelam tanpa ada cahaya sedikitpun, sehingga makhluk hidup tidak dapat bergerak dan beraktifitas. Itu merupakan konsekuensi hikmah Allah-Azza Wa Jalla-; Dia menerangi malam dengan sedikit cahaya. Berhubung makhluk hidup kadangkala butuh bergerak, berjalan dan melakukan pekerjaan pada malam hari yang tidak dapat dilakukan pada siang hari, karena sempitnya waktu siang, ataukah karena panasnya yang sangat, ataukah karena takut keluar pada siang hari sebagaimana halnya kebanyakan hewan-hewan. Lantaran itu, Allah -Subhanahu wa Ta’la- mengerahkan tentara-tentara cahaya untuk membantu makhluk hidup di kegelapan malam. Allah menyediakan bulan dan bintang pada malam hari, sehingga makhluk hidup dapat melakukan banyak pekerjaan, misalnya bersafar, bercocok tanam atau pekerjaan lainnya yang biasa dilakukan oleh para petani.
Cobalah perhatikan cahaya rembulan di kegelapan malam dan cobalah renungi hikmah yang tersembunyi di balik itu. Allah menciptakan cahaya bulan tidak seterang cahaya matahari agar tampak perbedaan antara siang dan malam. Sebab jika sama terangnya, maka akan luputlah hikmah pergantian siang dan malam yang telah ditetapkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Cobalah perhatikan hikmah yang Allah ciptakan pada bintang-bintang yang bertaburan di langit dan keajaiban penciptaannya. Bintang-bintang itu menghiasi gelapnya malam sehingga menambah kecantikan langit di malam hari dan laksana kompas bagi manusia dalam menentukan arah jalan yang tidak ia ketahui di darat dan di lautan. Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam". (QS. Al-A’raf:54 )
Pembaca yang mulia, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah menjadikan kedua makhluk ini sebagai perandaian dan perumpamaan yang indah, tatkala Beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
وَ فَضْلُ اْلعَالِمِ عَلَى اْلعَابِدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِ عَلَى سَائِرُ اْلكَوَاكِبِ, إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ, إِنَّ اْْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا, إِنَّمَا وَرَّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهَ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Keutamaan orang yang berilmu dibanding dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi) mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil keberuntungan yang banyak." [HR.Abu Dawud (3641), At-Tirmidzi(2682)].
Mungkin akan timbul pertanyaan di benak kita, mengapa Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- mempermisalkan orang yang berilmu dengan bulan purnama, sedangkan ahli ibadah dengan bintang-bintang? Oleh karenanya, marilah kita menyimak penjelasan dari para ulama kita.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali-hafizhohullah- berkata dalam menjelaskan hadits ini:”Dipermisalkan keutamaan orang alim dengan ahli ibadah seperti keutamaaan bulan purnama atas seluruh bintang merupakan permisalan yang sesuai dengan kondisi bulan purnama dengan bintang-bintang. Sebab bulan purnama menerangi ufuk dan memancarkan cahayanya ke seluruh penjuru alam. Demikianlah keadaannya orang yang alim. Adapun bintang-bintang, maka cahayanya tidak melampaui dirinya sendiri atau sesuatu yang dekat dengannya. Ini adalah kondisinya ahli ibadah. Cahaya ibadahnya hanya mampu menerangi dirinya, tanpa selain dirinya. Kalaupun cahaya ibadahnya mampu menerangi selainnya, maka jangkauan cahayanya tidaklah jauh sebagaimana terangnya bintang yang hanya sedikit”. [Lihat Bahjatun Nazhirin Syarhu Riyadhus Shoolihin (2 /472)]
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah -rahimahullah- berkata, "Di dalam perumpamaan tersebut terdapat mutiara yang lain, yaitu bahwa kejahilan laksana malam dalam kegelapannya. Para ulama dan ahli ibadah seperti kedudukan bulan dan bintang-bintang yang terbit dalam kegelapan itu. Keutamaan cahaya seorang yang berilmu dalam kegelapan itu dibandingkan cahaya seorang yang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan dibandingkan bintang-bintang".[Lihat Miftah Dar As-Sa'adah (1/259), tahqiq Ali bin Hasan Al-Atsariy].
Jika kita memperhatikan keadaan bulan purnama, maka kita menyaksikannya, walaupun dia hanya sendiri, namun sudah cukup untuk menerangi gelapnya malam. Tetapi, walaupun jumlah bintang bermilyar-milyaran, namun jumlah yang banyak itu tidak mampu menerangi malam. Hal ini disebabkan karena cahaya bintang sangatlah sedikit, sehingga ia hanya mampu menerangi dirinya sendiri, tanpa yang lainnya.
Al-Qodhi Iyadh -rahimahullah- berkata, "Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- menyerupakan orang yang berilmu dengan bulan, ahli ibadah dengan bintang-bintang, karena kesempurnaan ibadah, dan cahayanya tak akan melampaui diri ahli ibadah tersebut. Sedang cahaya orang berilmu akan terpancar kepada yang lainnya". [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (6/481)]
Orang yang berilmu akan menjadi berkah dimanapun ia berada. Ia bisa mengajari manusia dengan ilmu yang bermanfaat. Sehingga manusiapun bisa berjalan di muka bumi dengan cahaya ilmu yang akan menuntun mereka dalam gelapnya alam kejahilan. Seluruh manusia akan mengambil manfaat darinya, baik yang jauh maupun yang dekat, yang besar maupun yang kecil sebagaimana para makhluk dapat mengambil manfaat dari cahaya bulan purnama baik yang jauh maupun yang dekat. Bahkan hewan-hewan yang melata di muka bumi serta ikan- ikan yang berada di dasar lautan merasakan manfaatnya sehingga merekapun memintakan ampunan bagi orang-orang yang berilmu. Hal ini sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-,
وَ إِنَّ اْلعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِيْ السَّمَاوَاتِ وَ مَنْ فِيْ الأَرْضِ حَتَّى اْلحِيْتَانِ فِيْ المَاءِ
" Sesungguhnya orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh para makhluk yang berada di langit dan di bumi bahkan sampai ikan-ikan besar yang berada di dasar lautan " [HR. Abu Dawud (3641) dan At-Tirmidzi (3682)].
Abu Sulaiman Al-Khoththobiy -rahimahullah- berkata, "Sesungguhnya Allah –Subhanahu- telah menetapkan ilmu tentang ikan-ikan dan selainnya diantara jenis-jenis hewan melalui lisan para ulama, yaitu ilmu tentang jenis-jenis manfaat dan kemaslahatan serta rezqi-rezqi. Merekalah (yaitu para ulama) yang menjelaskan hukum tentang sesuatu yang halal dan haram dari hewan-hewan itu; mereka memberikan bimbingan kepada kemaslahatan dalam permasalahan ikan-ikan dan hewan-hewan. Mereka mewasiatkan untuk berbuat baik kepada hewan-hewan tersebut, dan menghilangkan madhorot (kerusakan) darinya. Lantaran itu, Allah mengilhamkan kepada hewan-hewan itu untuk memintakan ampunan bagi para ulama (orang-orang berilmu) sebagai balasan atas kebaikan perbuatan dan kasih sayang mereka terhadap hewan-hewan". [Lihat Aunul Ma'bud (8/137) karya Syamsul Haqq Al-Azhim Abadiy]
Para pembaca yang budiman, Iniliah keutamaan ilmu. Namun perlu diketahui, ketika kita mendapatkan kata "ilmu" ( الْعِلْمُ ) di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, maka yang dimaksud adalah ilmu agama . Yaitu ilmu tentang syari’at Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya -Shollallahu alaihi wa sallam- berupa wahyu yang menjadi keterangan dan petunjuk. Telah dimaklumi bahwa para Nabi -alaihi salaam- tidaklah mewariskan kepada umatnya ilmu perekonomian dan perindustrian atau yang berhubungan dengannya. Namun, yang mereka wariskan hanyalah ilmu syari’at alias ilmu wahyu, bukan yang lainnya!! [Lihat Kitab Al-Ilm (hal. 9) karya Syaikh Al-Utsaimin, cet. Dar Al-Itqon, Mesir]
Namun bukan berarti mempelajari ilmu selain agama tidaklah penting. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu-ilmu tersebut memiliki manfaat yang bisa kita rasakan. Akan tetapi, ilmu-ilmu tersebut pemanfaatannya memiliki dua sisi. Jika ilmu-ilmu tersebut digunakan untuk bermaksiat dan membuat kerusakan di muka bumi, maka ia akan menjadi suatu hal yang tercela. Namun Jika digunakan untuk menopang ketaatan kepada Allah dan untuk menolong agama-Nya serta manusia pun dapat mengambil manfaat dari ilmu-ilmu tersebut, maka ilmu-ilmu tersebut merupakan suatu kebaikan dan kemaslahatan. Bahkan bisa menjadi wajib mempelajarinya dalam keadaan tertentu, apabila perkara itu masuk dalam firman Allah -Azza wa Jalla-
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang". (QS. Al-Anfal: 60).
Akan tetapi, kondisi kaum muslimin pada hari ini sangat memprihatinkan. Mereka berlomba-lomba mengejar ilmu dunia dan lari meninggalkan ilmu agamanya. Bahkan yang lebih mencengangkan lagi, ketika mereka menganggap bahwa mempelajari ilmu agama adalah sebuah kemunduran. Setan menghias-hiasi di mata mereka bahwa ilmu-ilmu dunia merupakan jalan menuju kesejahteraan hidup dan kebahagiaan. Sedangkan mempelajari ilmu agama Allah akan membuat hidup sengsara, miskin dan tidak memiliki masa depan. Hal ini bisa kita lihat di sekitar kita. Para orang tua sekarang merasa malu jika ia memasukkan anak-anaknya untuk belajar di pondok-pondok pesantren. Sebaliknya,amat bangga jika menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah terkenal yang tidak punya perhatian dengan agama, walaupun harus membayar mahal. Mereka berusaha dengan keras agar anaknya bisa masuk ke sekolah tersebut, walaupun harus gali lobang, tutup lobang dan makan apa adanya. Tetapi ketika anak-anaknya menjadi brandalan dan sampah masyarakat, serta bodohnya minta ampun, maka merekapun mulai mencari pondok-pondok pesantren terdekat untuk anak brandal mereka. Ibaratnya pesantren adalah bengkel bagi barang rongsokan yang tidak lagi bisa dimanfaatkan.
Wahai kaum muslimin, apakah ini sumbangsih kalian kepada islam!!! Pada hari ini, Islam juga butuh dengan otak-otak yang jenius. Pesantren-pesantren juga butuh dengan anak-anak yang cerdas sehingga dapat melahirkan ulama-ulama seperti Al-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafi’iy, dan Ahmad -rahimahullah- .
Maka jadilah kaum muslimin pada hari ini sangat berambisi mengejar dunia, tanpa mengenal lagi aturan-aturan Allah Yang Maha Bijaksana. Mereka tidak peduli lagi dengan halal dan haram, yang penting kebutuhan terpenuhi. Sehingga Allah menimpakan kehinaan kepada kaum muslimin pada hari ini. Rasulullah -Sholllallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
"Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah, memegang ekor-ekor sapi (sibuk ternak), ridho dengan bercocok tanam (sibuk tani), dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menguasakan kehinaan atas diri kalian; tak akan dicabut oleh Allah sampai kalian kembali kepada agama kalian". [HR. Abu Dawud dalam Kitabul Ijaroh (3462). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (11)]
Allah -Azza wa Jalla-juga berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (QS. At-Tahriim: 6)
Lalu bagaimanakah cara kita untuk melindungi diri dan keluarga kita dari api neraka jika kita tidak memiliki ilmu agama!?! Kita tidak mengetahui mana yang halal dan yang haram. Oleh karenanya, kita harus segera menyadari sebelum semuanya terlambat bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan yang hakiki kecuali harus kembali mempelajari agama yang mulia ini. Bukan berarti semua orang harus menjadi ulama atau ustadz, sebab kaum muslimin juga butuh kepada polisi, montir, dokter, dan yang lainnya. Akan tetapi yang kami maksudkan adalah setiap muslim memahami dengan benar prinsip-prinsip agamanya yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi -Sholllallahu alaihi wa sallam- . Sebab, seseorang yang memiliki ilmu agama akan senantiasa mendapatkan kebahagiaan, bukan hanya di dunia saja, juga tetapi di alam barzakh dan di akhirat kelak. Rasulullah -Sholllallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ بِهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى اْلجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga”. [HR. muslim(2699)].
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 116 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)

Copy dari : www.almakassari.com

Thursday, December 1, 2011

Download Nasehat Ust. Dzulqarnain pada Dauroh mamuju


 [Download Audio] Nasehat Ust. Dzulqarnain hafizhahullah pada dauroh Mamuju (Sul-Bar) hari ke-2 (ahad) tanggal 30 Rabiul Awwal 1432 H / 5 Maret 2011, pukul 08.00 pagi- selesai 

Klik disini --> Download Audio


Transkrip Dari Audio di Atas
                                                     
        بسمالله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرورأنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له و أشهد أنلاإله إلاالله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله.
﴿ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّإَلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ [آل عمران:102]
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَوَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً ﴾ [الأحزاب:71]
﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِيخَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَارِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً ﴾ [النساء:1]
فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمدصلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالةفى النار أما بعد:


Ma’asyiral ikhwah wal akhwat rahimani warahimakumullah, pada pagi hari ini Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allahسبحا نه وتعلى , kembali diberi kesempatan untuk duduk di masjid yang mulia ini, untuk kita saling ingat mengingatkan dan berwasiat dengan kebaikan.

Bagi seorang mukmin, peringatan adalah hal yang berharga  وذ كر فان الذ كر تنفع المؤمنين    (dan berilah peringatankarena peringatan itu bermanfaat bagi orang yang beriman)
Nasehat menasehati adalah simbol dari agama, الد ين النصيحة  Nabi bersabda : (Agama adalah nasehat). Dandi dalam hadits jabir bin abdillah al-bajali, beliau berkata : بايعت رسول الله صلى الله عليه وسلم على السمع والطاعة والنصح لكل مسلم (Aku membai’at rasulullahصلى الله عليه وسلم untuk mendengar dantaat dan untuk menasehati setiap muslim).

Maka dimajelis yang baik ini, ada beberapa hal yang ingin saya ingatkan dalam rangka kita saling nasehat menasehati dan berwasiat dalam kebaikan.

1.  yang pertama yang ingin saya ingatkan adalah wasiatAllah  سبحا نه وتعلىkepada orang-orang sebelum kita dan jugakepada kita ummat islam, Allah berfirman di dalam Al-qur’an  : ولقد وصينا الذيناوتواللكتاب من قبلكم وايا كم أن اتقو الله  (Sungguh kami telah wasiatkan kepada ahlul kitab sebelum kalian dan juga kepada kalian, hendaknyakalian semua bertaqwa kepada Allah), maka ketaqwaan ini adalah sumber kebaikan, ketaqwaan.? adalah sumber kebaikan, dia adalah wasiat Allahkepada seluruh makhluk, karena dengan taqwa ini akan terwujud segala kebaikanyang mereka perlukan.

Kita telah membaca dikhutbah hajah tadi tiga ayat, yang ayat-ayat tersebut dibaca oleh Rasulullah  صلى الله عليه وسلمpada khutbah hajah beliau, dari tiga ayat tersebut, semuanya terdapat di dalamnya perintah untuk bertaqwa. يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّإِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن (wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar ketaqwaan dan janganlah kalian meninggal kecuali kalian itu sebagai orang yang selalu berislam / berserah diri kepada Allah)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْمِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَة (wahai sekalian manusia bertaqwalah kalian kepada Rabb kalian yang menciptakan kalian dari satu jiwa)  وَخَلَقَمِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً   (dan dari jiwa itu Allah menciptakan pasangannya, kita diciptakan semua dari keturunan Nabi Adam dan dari tulang rusuk Nabi Adam Allah menciptakan isterinya hawwa’, dan dari keduanya Allah -Subhanahu wata’ala- menjadikan manusia laki-laki dan perempuan), kemudian Allah mengulangi perintah taqwa ini     وَاتَّقُوااللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ (Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, maka kalianselalu meminta dengan menyebut namanya, dan hendaknya kalian bertaqwa berkaitan dengan silaturahmi kalian)  إِنَّاللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا  (sesungguhnya Allahselalu mengawasi kalian).
                                                                                                                             
Dan ayat yang ketiga, يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا   (wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang lurus), ucapan yang baik, SADIDAN itu ucapan yanglurus tidak ada bengkoknya, tidak ada.? Bengkoknya, kalau kalian bertaqwa dan berucap yang baik, Allah berfirman :  يُصْلِحْلَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ   (Allahakan memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian).

Maka ini dari kebaikan ketaqwaan, karena itulah taqwa ini adalah bekal yang sangat baik apalagi kita berada dimasa banyak ujian dan cobaan, banyak fitnah didalam kehidupan dan ini semuanya harus dipadamkan dengan ketaqwaan, sebagaimana ditanyakan kepada seorang dari ulama salaf terdahulu yaitu Tholaq ibnu habib رحمه الله , ketika terjadi fitnah maka beliau berkata : padamkan fitnah itu dengan taqwa, kemudian beliau ditanya apa taqwa itu.?

Kata beliau  ان تعمل بطاعة الله على نورمن الله ترجوثوا ب الله  (Engkau beramal dengan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah, engkau mengharap pahala dari Allah),وان تترك معصية  اللهعلى نور من الله تخا ف عقا ب الله (dan engkau meningkalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya dari Allah,engkau meninggalkan maksiat itu karena takut siksaan Allah Subhanahu wata’ala).
Maka inilah taqwa, dariasal katanya adalah Al-Wiqayah : suatu tameng yang melindungi, jadiorang yang bertaqwa seakan-akan dia meletakkan antara dirinya dan apa yang dimurkai oleh Allah dia letakkan sebuah tembok yang membentenginya, ia tidak jatuh dalam kemurkaan Allah, tidak jatuh di dalam neraka, itulah ketaqwaan, dan taqwa ini sangat berharga bagi seorang hamba, hendaknya selalu dia pegang dimana pun dia berada dalam keadaan sendiri maupun di depan orang, hendaknya selalu bertaqwa kepada Allah سبحا نه وتعلى.

2.  Kemudian yang kedua, yang ingin saya nasehatkan disini untuk dirisaya dan kepada seluruh ikhwah dan akhwat bahwa Rasulullah  صلى اللهعليه وسلمbersabda di dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim dari abu hurairah, katabeliau (Rasulullah) : الؤمن القوي خير واحب الى الله منالمؤمن الضعيف وفي كل خير (Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan),yang namanya keimanan semuanya ada kebaikan, orang yang beriman semuanya ada kebaikan tapi mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allahdari mukmin yang lemah, mukmin yang kuat, apa makna kekuatan disini.? Kekuatan disini punya dua makna, makna secara fisik dan makna secara ma’nawi, dia punya kekuatan jiwa, kekuatan keimanan, dan makna yang kedua ini lebih didahulukan bagi seorang mukmin, maka Nabi memberikan anjuran umum agar supaya seorang mukmin selalu menambah kekuatannya, selalu menambah.? Kekuatannya.
Maka ia perlu di dalam kehidupan ini untuk selalu mendidik dirinya dengan makna-makna yang memperkuat keimanannya agar supaya ia masuk ke dalam golongan seorang mukmin yang kuat dandia lebih dicintai, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah.
Kemudian setelah Nabi memberikan anjuran secara umum, kaidah umum bahwa mukmin yang kuat lebih baikdari mukmin yang lemah, Nabi memberikan tiga landasan pijakan dan tiga pijakan ini, Ini adalah pijakan di dalam kehidupan yang hendaknya selalu berada di dalam sanubari  setiap muslim dan muslimah.
Yang pertama, Nabi berkata : احرص عل ما ينفعك (bersemangatlah engkau meraih apa yang bermanfaat bagimu), ini sifat seorang muslim, seorang mukmin punya semangat, karena hidup ini harus dipenuhi dengan semangat, tanpa semangat seorang tidak akan mencapai apa yang ingin dia raih, karena itu Allah memerintah kita dengan makna ini di dalam banyak ayat al-qur’an :  وسارعواالى مغفرة من ربكم(Dan bersegeralah kalian menuju kepada pengampunan dari Rabb kalian), diayat yang lain dibahasakan  فا ستبقوا الخيرات (Dan berlomba-lombalahkalian), di ayat yang lain  وأنيبوا الىربكم  (Berlarilah kalian semua menuju kepada Allah), ini semuanya makna semangat dan bergerak.
Maka harus ada semangat di dalam meraih kebaikan, kata Nabi : احرصعلى ما ينفعك (semangatlah engkau meraih apa yang bermanfaat bagimu), perhatikan…!!! Didalam kehidupan ini banyak perkara, banyak amalan, ada amalan yang bermanfaat ada amalan yang tidak bermanfaat, yang tidak bermanfaat itu ada yang sia-siadan ada yang merupakan dosa dan Nabi hanya menganjurkan seorang mukmin bersemangat meraih apa yang bermanfaat baginya karena itulah kehidupan, kita didunia ini semuanya sementara dan semuanya akan kembali kepada Allah سبحا نه وتعلى, semuanya akan mempertanggungjawabkan setiap amalan yang dia lakukan.
Itulah kehidupan dunia yang selalu diingatkan oleh nabi صلى الله عليه وسلم dalam banyak hadits beliau diantaranya beliau bersabda kepadaibnu umar :  كن فى الد نيا كأنك غريب أوعابر سبيل (Jadilah engkau di dunia seakan-akan engkau adalah orang yang asing atau orang yang sekedar berlalu).
Jadi kita diibaratkan oleh nabi dikehidupan ini seperti musafir, dia asing atau dia sekedar berlalu.
Ada orang yang datang kesebuah negeri dia tinggal di negeri itu, bukan penduduk negeri yang diatinggal bukan untuk menetap hanya sementara, dia akan pergi meninggalkannya, tidak ada sanak familinya disitu, tidak ada keluarganya, dia tidak perlu untukmembangun sebuah bangunan tetap yang bisa dia harapkan untuk mukim disitu, diaorang asing atau seorang musafir yang sekedar berlalu, lewat saja dia datang singgah kesebuah tempat hanya mengambil perbekalannya sebagai seorang musafir untuk melanjutkan perjalanan. 
Maka itulah kehidupan,kita semua ini adalah musafir (yang) berjalan kepada Allah سبحا نهوتعلى, berjalan ke negeri akhirat, kalau ini disadaribahwa kita adalah seorang musafir, maka seorang musafir yang berjalan ke negeri akhirat. ,Kata Ibnul Qoyyim رحمه الله تعلى : dia perlu kepada dua kekuatan,dia perlu kapada.? Dua kekuatan.
Kekuatan yang pertama adalah kekuatan ilmiah, dan kekuatan yang kedua adalah kekuatan amaliah.

Seorang yang berjalan ke negeri akhirat dia harus tau jalan mana yang dia tempuh ke negeri akhirat, maka dia harus punya kekuatan ilmu agama yang mengantarnya kepada jalan islam,jalan yang lurus, dan ia harus punya dari kekuatan ilmu yang menerangi jalan itu supaya jalannya sangat jelas baginya, dan ia harus mempunyai dari kekuatan ilmu yang membuat dia kokoh di jalan, tidak melenceng dari jalan,tidak ke kanan tidak pula ke kiri sebab jalan kebaikan itu hanyalah satu, jalan yang mengantar ke negeri akhirat hanyalah satu tapi di samping kanan dan kiri jalan tersebut ada jalan-jalan syaithan yang ingin mengajak manusia kepada kesesatan.
Maka seorang pun harus memiliki kekuatan ilmu yang bisa menerangi jalan baginya, maka semakin kuat ilmu ini semakin ada kekuatan ilmiah maka jalan itu akan semakin terang baginya, dia akan semakin melihat rambu-rambu di atas jalan, dia akan melihat rintangan-rintangan kalau memang ada rintangan di jalan tersebut, maka ini dari kekuatan ilmiah yang harus disiapkan bagi seorang hamba, dia selalu memperdalam ilmu agamanya.
Kemudia yang kedua, kekuatan yang diperlukan bagi orang yang berjalan (musafir) ke Negeri akhirat dia perlu kekuatan amaliah, dia sudah melihat jalan di depannya tapi kalau dia tidak punya kekuatan untuk melangkah untuk berjalan maka itu sama saja, dia tidak akan sampai ke Negeri akhirat.
Maka harus ada dari kekuatan amaliah yang membuat dia bersemangat melalui jalan tersebut, untuk menempuh jalan tersebut hingga ia bisa samapai ke Negeri akhirat dengan selamat.
Maka ini dua kekuatan sangat diperlukan bagi orang yang berjalan ke negeri akhirat, karena itu perhatikan dari bahasa hadits : “seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah”, harus ada kekuatan memang, kekuatan dari sisi ilmiah dan kekuatan dari sisi amaliah dan semua kekuatan ini didapatkan dengan apa.? Nabi memberikan wejangan احرصعلى ما ينفعك  (Bersemangatlah engkau meraih apa yang bermanfaat bagimu). Dan ini kaidah didalam kehidupan seorang selalu mencari apa yang bermanfaat, apa yang membawa kebaikan untuk dirinya, untuk keluarganya, untuk masyarakatnya, untuk agamanya,itu yang dia cari.
Dia penuh dengan semangat, penuh dengan semangat, lalu cita-citanya tergantung di langit sebagaimana kata seorang penyair :  كن رجلا رجله فى الثرى وهامة همته فى الثريا (Jadilahkamu seorang lelaki (yang) kakinya menapak di bumi tapi cita-citanya,semangatnya tergantung di langit), di bintang tsurayyasana.
Demikian harusnya seorang mukmin dan mukminah, harus ada semangat yang kuat, harus ada semangat.? Yang kuat. 
Aapalagi di dalam mempelajari agama, di dalam menuntut ilmu agama harus ada semangat untuk mendapatkan ilmu agama, seorang harus mencurahkan dan memberikan waktunya,sebab ilmu itu kalau kita beri seluruh waktu kita dia hanya memberi untuk kita sebagian saja, itu kalau diberi seluruh waktu kita dapat sebagian, bagaimana pula kalau tidak pernah diberi waktu, apa yang akan dia dapatkan. 

Dan ilmu perlu semangat di dalam mempelajarinya, harus ada kesabaran di dalam mendapatkannya, dan kadang kita di dunia ini, subhanallah…untuk urusan dunia kadang seorang belajar kuliah empat tahun ada yang delapan tahun, untuk.? Keilmuan diurusan dunianya,kalau diperlukan dia harus menghadiri seminar satu bulan, tiga bulan, kadang dia harus keluarkan biaya yang banyak dalam hal tersebut tapi kadang kita kurang jujur untuk keagamaan kita padahal kita punya kewajiban-kewajiban dari mempelajari ilmu agama sangat banyak dan wajib mengetahui bagaimana cara berwudhu misalnya, bagaimana cara sholat yang benar misalnya, dan kita tidak pernah ada kesadaran, misalnya berfikir saya satu pekan ini saya mau libur khusus ingin pergi belajar private bagaimana cara saya sholat (dan) dia siapkan waktu untuk itu, jarang ada yang berfikir seperti itu dan ini termasuk kemunduran yang berada ditengah ummat, jangankan ditengah ummat secara umum, ditengah orang yang punya kesadaran untuk mempelajari agama saja kadang hal ini jarang difikirkan padahal kita punya kewajiban-kewajiban.

Ada yang lebih besardari pada itu yaitu kewajiban seseorang mempelajari tauhid, kewajiban seseorang mempelajari tauhid.? Dimana dia memurnikan ibadahnya kepada Allah, diapunya kewajiban disini yang harus dia tunaikan.

Di alam kubur diaditanya dengan tiga pertanyaan yang (mana) pertanyaan ini tidak mungkin diajawab kecuali dia pelajari, dia meyakininya, adapun sekedar ikut-ikutan (maka)tiga hal ini tidak memberi manfaat baginya.
Akan ditanya dia dialam kubur, Man Rabbuka.? Siapa Rabbmu.?, Man Nabiyyuka.? Siapa Nabimu.? Madiinuka.? Apa Agamamu.? Ini tiga pertanyaan, mungkin dari kecil orang sudah menghafal jawabannya tapi subhanallah ada orang yang ditanya di (alam) kubur, Man Rabbuka.? Dia berkata apa.?هاهالاأدرى. سمعت الناس يقولون شيأ فقلته  (hahasaya tidak tau, saya hanya mendengar manusia mengucapkan seperti itu saya jugaikut mengucapkannya),
perhatikan.!!! Tidak bermanfaat apa yang dia dengar  itu, dialam kubur bahkan dia anggap dirinya tak tau karna dia hanya dengar saja tidak mempelajarinya, tidak meyakininya, maka tidak member mamfaat baginya, tidak memberi mamfaat.? Baginya.
Karena itu ada dariilmu yang wajib kita pelajari dan ini harus seorang memiliki kesadaran,bagaimana dia bisa mengangkat kewajiban dari dirinya.
Ilmu itu ada yangbersifat wajib `ain,wajib `ain atas setiap manusia mempelajari , Berdosa lkalaudia tidak mempelajari.
Ada ilmu yang sifatnya wajib Kifayah, kalau sebagaian dari ummat mempelajari (maka) gugur kewajiban atas yang lain, dan ada ilmu yang sifatnya sunnah (yakni) hal yang disunnahkan.
Yang sunnah dari ilmu agama ini, itu lebih afdhol dari seluruh ibadah sunnah lainnya, lebih afdhal dari pada jihad, lebih afdhal dari pada sholat malam, lebih afdhal daripada sholat rawatib ini ilmu agama karena pengetahuan seorang hamba itu sangat mendukung  besarnya pahala didalam amalan yang dia lakukan, besanya pahala .? di dalam amalan yang dia lakukan.
Karena itu harus ada semangat bagi seorang hamba, ini wejangan dari Nabi :احرص على ما ينفعك  (Bersemangatlah engkau meraih yang bermamfaat bagim)  واستعنباالله (Dan mohonlah pertolonan dari Allah), ini wasiat yang kedua, kita diperintah untuk memohon pertolongan kepada Allah selalu memohon.? Pertolongan kepada Allah, Banyak berdoa (dan) melakukan amalan2 yang dengannya datang pertolongan itu.
Manusia, dia (hanya)berusaha, berupaya, tapi yang menentukan adalah Allah dan ini adalah hal yang harus disadari.
Nabi Syu`aib عليه السلام berkata : ان أريد الا الأصلاح ما استطعت وما تو فيقي الا باالله عليهتوكلت واليه أنيب  kata Nabi Syu`aib :(aku hanya ingin mengadakan perbaikan, sasuai dengan kemampuanku, namun tidak ada taufiq bagiku kecuali hanya kepada Allah, kepadanyalah aku bertawakkal dan kepadanya aku kembali). Ini perhatikan ...! bagaimana ia menyerahkan perkaranya kepada Allah  سبحا نه وتعلىMaka perlu seseorang memohon pertolongan kepada Allah didalam kehidupan ini banyak dia berdoa.
Dan ada amalan2 yang menjadi sebab datangnya pertolongan ,seperti Allah berfirman:  واستعينوابا الصبر و الصلاة (Ambillah pertolongan dengan bersabar dan dengan sholat), karena kesabaran dan sholat ini adalh hal yang menyebabkan seorang hamba ditolong dan dibantu olehAllah  ini wasiat nabi yang kedua.
Kemudian yang terakhir nabi berkata  : ولا تعجز ن   (dan jangan kamu merasa lemah).
Sebab seseorang kalausudah merasa lemah dari awal dia melangkah, maka pasti dia akan sulit untuk melanjutkan perjalananya, ibarat orang yang berjalan, didepannya ada sebuah jalan dia menganggap bahwa jalannya sangat jauh sekali dan dia menganggap bahwa dirinya tidak mampu untuk melewati jalan ini, maka ia sudh kalah dari awal dia melangkah, maka pasti ia sulit untuk melanjutkan perjalanannya, ibarat orangyang berjalan,di depannya ada sebuah jalan dia menganggap bahwa jalannya sangat jauh sekali dan menganggap bahwa dirinya tidak manpu untuk melewati jalan ini, maka ini sdh kalah dari awal berjalannya, sudah kalah.? dari awal berjalan. 

Karna itu tidak boleh seorang itu merasa lemah, dia memohon pertolongan kepada  Allah dan selalu dia gambarkan pada dirinya (bahwa) ia mampu untuk melakukannya, dia bisa untuk melakukannyaitu, itu sifat seorang muslim dan inilah yang dilakukan oleh nabi dan parasahabatnya di dalam banyak hal yang dengannya mereka di tinggikan dan di muliakan oleh Allah.
       
Disebutkan di kisah Al– Imam Al-Kisa’i رحمه الله تعلى, Al-Kisa’i ini adalah seorang ulama ahli Qiro’ah  dan pakar bahasa, sangat terkenal imamul Kisa’I ini, awal kali beliau belajar ilmu bahasa arob beliau merasa bahwa dirinya tidak mampu, tiap kali Belajar, tidak mampu merasa dia gagal, karena dia memiliki kesanggupan (maka)  Allah  memperlihatkan kepada sebuah hikmah yang menyebabkan semangat beliau kembali membara, dalam keadaan beliau putus asa beliau melihat seekor semut membawa yang berat, beban yang berat, (lalu ) semut ini naik ketempat yang terjal, ya namanya bawa – bawaan yang berat naik ketempat terjal belum sampai keatas sudah jatuh ke bawah, bawaannya mungkin lebih berat  dari semutnya, tapi apakah semut ini langsung pergi dia tinggalkan bawaanya.? tidak, dia ambil lagi bawaanya tersebut dan naik lagi, ( kemudian ) jatuh lagi, terus dia ulangi sampai dia berhasil lewat ke atas, (maka) kata Al- Imamul Kisa’i semut saja tidak pernah putus asa seperti ini dan dia berhasil kenapa saya tidak bisa,maka beliau pun terus belajar dan belajar sampai Allah membukakan untuk beliau kebaikan tersebut.
Dan di sebutkan oleh Al-Khatib Al-Baghdady rahimullah Ta’ala sebuah kisah dari seorang as-salaf yang menuntut ilmu, tiap kali dia menuntut ilmu dia merasa bahwa selalu kandas dan terhambat, maka pada saat dia berjalan dia melewati sebuah batu yang menetes padanya tetesan – tetesan air,dia mencermati batu tersebut dimana air itu membekas di batu yang sangat keras itu.
Air sangat halus, lembut ( dan ) batu sangat keras tapi subhanallah air ini terus menetes akhirnya meninggalkan bekas di batu yang keras, maka iapun berkata : “Hatiku ini tidak sekeras batu dan air itu tidak lebih lembut dari ilmu agama, ilmu agama lebih lembut dan lebih baik maka kenapa ilmu itu tidak bisa masuk kehati  saya” maka iapun terus belajar danbelajar dan Allah membukakan untuknya kebaikan.
Maka demikian seorang harus punya semangat, banyak memohon pertolongan kepada Allah dan tidak boleh merasa lemah, tidak boleh merasa.? Lemah.
 Ini tiga pokok yangharus selalu tertanam dalam diri seorang hamba.
3. Kemudian yang ketiga disini yang perlu saya ingatkan untuk kita saling berwasiat dengannya.
Para ulama kita menyebutkan bahwa salah satu dari alat seorang yang menuntut ilmu dia harus punya keikhlasan dan harus punya kejujuran, ini dua hal, ikhlas dan jujur, ikhlas dalam menuntut ilmu, (dan) ikhlas dalam menyampaikannya, ini sangat penting sekali karena keikhlasan seorang hamba,Allah akan membukakan untuknya berbagai kebaikan, berbagai.? Kebaikan.
Dan ikhlas ini manfaatnya sangat besar sekali dalam menunut ilmu maupun selainnya, Di dalam musnad imam ahmad ada kisah yang sangat panjang sekali tentang keislaman salman al-Faarisi رضي الله عنه kisah yang penuh dengan hikmah dan pelajaran, yang salman al-faarisi  dari agamanya di faris kemudian berpindah ke agama nashrani, dia berguru kepada seorangpendeta kemudian pindah lagi berguru kepada pendeta lainnya, setelah itu dia berwasiat (dan) dia diarahkan lagi kepada pendeta lainnya, ketika pendetanya meninggal, terus diarahkan kepada pendeta lainnya, hingga suatu saatpendeta yang dia dapati dianggap adalah pendeta yang baik karena yang sebelumnya dia lihat hal-hal yang dari (perbuatannya) mengumpulkan harta manusia dan seterusnya, maka pendeta yang terakhir berkata : dalam waktu dekatini, dari ilmu yang dia ketahui dari Al-Kitab akan muncul seorang nabi dan dia akan muncul dari arah kota madinah disebutkan nama Yatsrib, banyak di sana pohon korma, maka salman pun berangkat kesana, beliau berangkat .? kesana, ( dan) terjadi suatu dan lain hal akhirnya beliau diperbudak oleh orang, tapi perhatikan..!! jauhnya perjalanan sedemikian rupa namun karena ada keikhlasan untuk mencari yang haq, Allah memberikan petunjuk kepada jalan yang benar, maka keikhlasan itu sangat penting bagi seorang hamba di dalam segala perkara dan keikhlasan ini yang akan memalingkannya dari segala bahaya, memalingkannya.? dari segala bahaya.
Nabi Yusuf عليه السلام, beliau di hindarkan oleh Allah dari kejelekan, dihindarkan oleh Allah.? Dari kejelekan, padahal panggilan berbuat maksiat itu kuat bagi nabi Yusuf, bayangkan beliau di ajak untuk berbuat zina, diajak, bukan beliau yang mengajak, (beliau) di ajak, segala kemungkinan sudah dihamparkan di depannya, pintu telah ditutup hanya mereka yang berdua saja, kemudian yang ketiga nabi Yusuf bukan penduduk negeri itu, kalau mungkin dia penduduk negeri, ada sanak keluarganya mungkin dia malu – malu tapi ini tidak, dia bukan penduduk negeri itutidak ada sanak familinya di negeri itu, kalau dia ingin berbuat tidak malu kepada siapa pun, panggilan maksiat sangat kuat tapi Allahسبحا نهوتعلى memalingkan beliau dari kejelekan itu karena apa? Disebutkan di dalam ayat al qur’an :  انه من عبا د ناالمخلصين (sesunggungnya ( NabiYusuf ini) dari hamba-hamba kami yang selalu di jaga diatas keikhlasan).
Karena keikhlasan, (beliau) dipalingkan dari apa.? Dari kejelekan, kekejian,maka keikhlasan ini penting bagi seorang hamba dan ini akan membuatnya istiqomah di atas jalan yang lurus, membuat dia istiqomah di atas jalan agama, sebabkadang seseorang pada hari ini mungkin dia duduk di majelis ilmu, hatinya sangat lapang dan bergembira mendengarkan ilmu agama, bersemangat, tapi di keesokan harinya sebagian orang dilihat sudah menyimpang ke kanan dan kekiri,semangat hilang, ini kadang keikhlasan punya pengaruh di dalam hal ini, karena itulah hendaknya seseorang selalu menjaga keikhlasannya.
Kemudian di harus menjaga kejujuran ( Ash-Shidiq) dan Ash – Shidiq ini dalam bahasa arob di sebut kejujuran dan bisa bermakna kesungguhan dia adalah sifat yang sangat dipuji, Sifat yang selalu membawa kebaikan bagi seorang hamba, Allah  berfirman :  ولوصد قوا الله لكان خيرا لهم  (andaikata mereka semua itu jujur kepada allah, maka sungguh itu yang terbaik untuk mereka). Sungguh itu yang terbaik untuk mereka kalau mereka jujur, jadi di sebutkan itu yang tebaik, jadi kalau ada kebaikan ( maka ) tidak ada yang lebih baik daripada kejujuran ini, tidak ada yang lebih baik..? dari pada kejujuran, dia adalah hal yang terbaik bagi seseorang hamba.
Karena itulah kejujuran ini, ini sangat bermanfaat, menjadi sebab pengampunan dan sebab seorang mendapatkan pahala yang besar, Allah menyebutkan sekelompok dari kaum muslim dan muslimah yang beramal, salah satunya Allah terangkan  والصادقين والصاد قا ت  (laki-laki dan perempuan yang jujur) dan diakhir ayat Allah Berfimran :   أعدالله لهممغفرة وأجرا عظيما (Allah siapkan untuk mereka pengampunan dan pahala yang sangat besar), ini ayat di surah Al-ahzab dan surah Al-ahzab ini di singgung kejujuran dan kesungguhan para shahabat, bagaimana kesungguhan mereka membela agama, bagaimana kesungguhan mereka dalam memperjuangkan agama, bagaimana kesungguhan meraka di dalammenjalankan perintah-perintah Allah hingga Allah memuji mereka.
Didalam surah Al-Ahzab ini pula Allah berfirman : من المؤمنين رجال صد قوا ماعا هد وا الله عليهم  (Dari kaum mukminin ada sekelompok lelaki, mereka jujur bersama Allah dalam janji yang mereka ambil) ada kejujuran, ada Shiddiq, jujur bersama Allah dalam janji yang mereka ambil  فمنهم من قضى نهبهومنهم من ينتظر وما بد لوا تبد يلا (diantara mereka ada yang sudah menunaikan kewajibannya, sudah meninggal dalam keadaan jujur dalam menjalankan janji yang dia ucapkan kepada Allah dan diantaramereka ada yang masih hidup menunggu, tapi mereka tidak pernah mengganti sama sekali).
Ini ash-shiddiq, kejujuran, kesungguhan, dan ini jalan membawa kepada surga. Karena itu nabi   صلى الله عليه وسلمbersabda :   عليكمباالصد ق فأن الصد ق يهدى ألى البر وأن البر يهدى الى الجنة ولا يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق يكتب عندالله صد يقا  : (hendaklah kalian itu selalu berlaku shiddiq (jujur) karena kejujuranitu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa kepada surga danterus-menerus seorang itu jujur dan dia memiliki kejujuran hingga Allah menulisnya, mencatat dia sebagai orang yang shiddiq disisinya(.
Perhatikan…! Di beri derajat shididq, dan ini derajat yang sangat tinggi bagi seorang hamba, Allah ketika menyebutkan mereka yang diberi nikmat maka disebutkan para nabi kemudian ash-shidiq setelahnya   ألئك الذين أنعم الله عليهم من النبين والصديقين (mereka itulah orang-orang yang Allah beri nikmat kepada mereka dari para nabi, para shiddiq /orang– orang yan jujur), maka disebut dengan derajat shiddiq, kejujuran, dan ini harus ada di dalam semangat seorang muslim, ada kejujuran dalam beramal, ada kesungguhan di dalam dia mendekatkan dirinya kepada Allah dan kejujuran ini,apabila selalu menghiasi diri maka Allah akan memperlihatkan kebaikan untuknya di dunia maupun di akhirat.
Di hari kiamat yang bermanfaat adalah orang-orang jujur  يوم ينفع الصا د قين صدقهم  (hari tatkala orang-orang yang jujur itu, kejujuran mereka bermanfaat bagi mereka).

Disebutkan di dalam biografi  Al – Imam Abu Zur’ah Ar-razi,  nama beliau adalah ubaidullah bin abdilkarim, ini seorang imam besar dari negeri ray, abu zur’ah ar-razi, pada saat beliau sekaratul maut, dalam keadaan sekaratul maut beliau di kunjungi oleh sekelompok dari ahli hadits kawan-kawan beliau, rekan-rekan beliau.
Dikunjungi oleh muammad bin muslim bin warah, abu hatim ar-razi, mundzir bin syadzan dan selainnya.
 
Muhammad bin muslim bin warah ini lebih tua dari abu zur’ah dan lebih senior, maka melihat abu zur’ahar-razi dalam sekaratul maut, mereka pun bekata : ayo kita talqin abu zur’ahar-razi untuk mengucapkan laa ilaha illallah, sebab hak seorang muslim yang sakaratul maut ditalqin mengucapkan apa.? Laa ilaaha illallah. 
Namun mereka kembali kepada diri mereka sendiri dan akhirnya malu melakukunnya, sebab ini orang yangdia akan talqin adalah seorang imam besar, panutan ditengah manusia, orang yanghidupnya dan umurnya penuh dengan kejujuran menyampaikan ilmu, beramal dengan ilmu, maka mereka malu untuk mentalqin abu zur’ah dengan mengatakan abu zur’ah ucapakan laa ilaha illallah.
Akhirnya muhammad binmuslim bin warah berkata, kalau begitu kita ingatkan saja dengan haditsnya, maka mulailah muhammad bin muslim berkata, haddatsana abu ‘ashim an-nabil, ‘an abdul hamird bin ja’far, ‘an shalih, sampai di situ dia tidak bisa melanjutkan haditsnya, hanya mengingatkan saja, setelah itu abu hatim ar-razi juga membawakan sanadnya, ia berkata : haddatsana muhammad bin basysyar, qola haddatsana abu ashim, ‘an abdil hamid bin ja’far, ‘anshalih juga sampia distu, al mundzir bin syadzan juga membawakan sanadnya, makaabu zur’ah ar-razi dalam keadaaan sakaratul maut beliau paham bahwa kawan-kawannya ini ingin mentalqinnya tentang hadits apa.? Hadits talqin. Maka dalam keadaan sakaratul maut abu zar’ah ar-razi rahimumahullah ta’ala membawakan sandanya, dia berkata haddatsana muhammad bin basysyiar, qola haddatsana abdul hamid binja’far , ‘an shalih bin abi arib, ‘an katsir bin murrah, ‘an muadz ibn jabal (darimuadz bin jabal) anna Rasullullah qola (sesungguhnya Rasulullah bersbda) :  من كن آخر كلا م لااله الاالله دخل الجنة  (siapa yang akhir ucapannya laa ilala illallah diamasuk surga),  setelah mengucapkan hadits ini langsung beliau meninggal keluar ruhnya, berarti akhir ucapan beliau adalah apa.? adalah laa ilaaha illallah, dengan membacakan hadits.
Perhartikan…!!!Kejujuran beliau di semasa hidunya hanya menyampaikan ilmu dan haditsnya, itu pula yang menutup kebaikan untuknya dan di dalam sebagian riwayat beliau membacakan haditsnya  من كن آخر كلا م لاالهالاالله , sampai kalimat itu setelah itu beliau meninggal, jadi akhir ucapan beliau adalah apa.? Laa ilaaha illallah, ini kejujuran pada seorang hamba dan selalu membawa kebaikan untuknya, mewarnai kehidupannya. 
Disebutkan oleh ibnu katsir  dalam al bidayah wannihayah tentang kisah wafatnya Syaikhul islam ibnu Taimiyah di dalam penjara, salah seorangyang mengisahkan berkata bahwa kami mengkhatamkan al qur’an sudah 80 kali, bayangkan.! dalam penjara mengkhatamkan al-qur’an sudah berapa kali.? 80 kali.
Dikhatam yang 81, syaikhul islam ibnu taimiyah membaca ayat di surah al-qomar, sudah berada di akhir surah: ان المتقين فى جنت ونهر فى مقعد صد ق عند مليك مقتد ر     (sesunggnya orang-orang yang beriman berada di surga dan di sungai-sungai yang mengalir, dikedudukan orang yang shiddiq, orang yang jujur, disisi Allah yang maha berkuasa lagi maha mampu), kemudian beliau meninggal.
Perhatikan.!!! ini pujian untuk orang yang selalu jujur ayat ini dan beliau meninggal di akhir dari membaca ayat tersebut, maka kejujuran ikhawanifillah itu sangat penting, kesungguhan bagi seorang hamba di dalam menunut ilmu, didalam berdakwah di jalan Allah, kesungguhan di dalam membina rumah tangga,kesungguhan di dalam ia mendidik anak-anaknya, kesungguhan di dalam iamenegakkan agama.
Harus ada kejujuran bagi seorang hamba dan itu adalah  sifat bagi orang yang berimanيا ايها الذين آمنوا اتقو الله وكونوا مع الصا د قين    (wahai orang-orang yang beriman bertakwaqlah kalian kepada Allah dan tergolonglah kalian kepada orang-orang yang shiddiq) orang-orang yang jujur, orang-orang yang penuh dengan kesungguhan.

4.  Kemudian dari hal yang perlu saya ingatkan disini dari wasiat yang hendaknya kita saling berwasiat dengannya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim, dan disini beliau ucapkan kepada ‘Aisyah رضي الله عنها, beliau berkata :  عليكمبا الر فق فأن الر فق لا يكون فى شيء ألا زانه ولا ينزع عن شيء ألا شانه   (hendaknya kalian itu berlemah lembut, hendaknya engkau berlemah lembut karena lemah lembut itu tidaklah terdapat pada sesuatu kecuali pasti akan menghiasi sesuatu itu dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperjelek sesuatu itu)
Maka berlemah lembut ini, ini adalah sifat yang sangat indah, akhlak yang sangat mulia, akhlak yang sangat mulia, dan ini adalah sifat nabi kita Nabi Muhammad, Allah berfirman : فبمارحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القب لانفضوا من حولك  (karena rahmat dari Allah engkau (wahai nabi muhammad) berlemah lembut kepada mereka, (kepada manusia, kepada sahabat) andaikata engkau itu kasar dan keras hati pasti mereka akan lari meninggalkanmu), maka lemah lembut ini diperlukan oleh seorang muslim.
Dia berlemah lembut pada dirinya, dengan Saudaranya, keluarganya, anak-anaknya, masyarakatnya, diperlukan ar-rifq lemah lembut, ini adalah hal yang membawa kebaikan, sebab ar-rifq itusemua adalah kebaikan, semuanya membawa.? Kebaikan, Dan inilah yang menyebabkan islam dibawa oleh nabi diterima oleh manusia sedemikian rupa karena memang tampak dari keindahan islam tersebut, ada lemah lembut di dalamnya, dan ini penting bagi seorang hamba. 
Di dalam keluarganya dia perlu berlemah lembut, perlu berlemah lembut, berahlak yang baik pada keluarganya. Kadang sebagian orang, subhanallah kalau dengan orang lain dia menjaga akhlaq pembawaan di depan orang, dia banyak bersabar, tapi kalau ditengah keluarganya tidak ahlak itu, seakan-akan berakhlaq dan berbuat baikitu hanya untuk orang lain saja, dan ini keliru, sebab akhlak yang baik itu adalah kebaikan, ketaatan, dimanapun dia lakukan (dan) kepada siapapun dialakukan, apalagi itu kepada keluarganya kepada istrinya dan anak-anaknya.
Demikian pula untuk istri, lemah lembut kepada suaminya dan ia berbuat baik kepada suaminya ituadalah hal yang dituntut, perkara yang sangat baik, perkara.? yang sangat baik,akhlaq yang mulia, karena itu nabi bersabda : البرحسن الخلق   (kebaikan itu adalah akhlaq yang baik). Akhlak yang indah itulah kebaikan.
Kalau seseorang menjaganya, menjaga akhlak yang indah ini, maka di harapkan hal tersebut selalu membuahkan kebaikan untuknya.
5.  Kemudian yang ingin saya ingatkan disini dengan sebuah hadits Rasulullahصلى الله عليه وسلم, haditsnya dari abu musa al-asy’ari, ketika nabi  mengutus abu musa al- alsy’ari dan mu’adz ibnjabal ke yaman, nabi  bersabda kepada keduanya :  يسراولا تعسرا بشرا ولا تنفرا وتطا وعا ولا تختلفا   nabi bersabda, (hendaknya kalian (berdua ) mempermudah, jangan kalian mempersulit, hendaknya kalian ( Berdua )memberi kabar gembira kepada manusia jangan kalian membuat menusia itu lari, dan hendaknya kalian saling pengertian jangan kalian berselisih), inihadits termasuk dasar pokok di dalam membangun kebersamaan, dasar pokok di dalam membangun.? Kebersamaan.
Perhatikan.!!! Nabi berpesan  يسرا ولا تعسرا  :   (permudahlah jangan kalian mempersulit), agama ini mudah alhamdulillah, tuntunan dan syariatnya dimudahkan oleh Allah, dan maksud dari kemudahan agama, segala yang dituntunkan semuanya adalah kemudahan, karena itu nabi bersabda :  ان الدين يسر ولا يشادالدين أحد ألا غلبة  (sesungguhnya agama itumudah  dan tidak seorang pun yang ekstrim dalam beragama kecuali pasti dia akan terkalahkan), ini sifat dari agama kita. 
Jadi ukuran kemudahan adalah siapa yang berjalan diatas tuntunan al-Qur’an dan hadits itulah yang dimudahkan, bukan menganggap kemudahan dengan hawa nafsunya, oh… kayaknya,bagusnya kita gampangan saja yang beginian, kita permudah saja yang beginian, tidak.!!! Tapi seorang kalau berjalan diatas tuntunan al-Qur’an dan hadits itulahkemudahan, itulah..? kemudahan,  لاتعسر   (jangan kalianmempersulit)
Tidak boleh seorang menggambarkan agama ( islam ) itu kepada manusia penggambaran (bahwa) agama inisangat sulit sekali, berat dipelajari, orang yang ingin komitmen dengan agama seakan-akan syaratnya sangat berat sekali, tidak boleh memgambarkan seperti itu,sebab ini pemgambaran yang keliru terhadap agama Allah karena itunabi berpesan : يسراولا تعسر  (hendaknya kalian(berdua) mempermudah jangan kalian mempersulit) بشراولاتنفرا  (hendaknya kalian (berdua ) memberi kabar gembira jangan kalian membuat orang lari), Ini agama. 
Ada yang ingin bertaubat, ingin kembali kepada agama, beri gembira, arahkan kepada kebaikan, jangan di buat lari dari agama, phobia untuk memperlajari agama, dan ini darisifat yang keliru dan banyak dari ummat islam tidak memperhatikan makna dan keagungan islam dari arah ini, kemudian nabi berpesan :  وتطاوعاولا تختلفا  (hendaknya kalian (berdua ) saling pengertian dan jangan kalian berselisih), dalam sebuah kegiatankebersamaan, harus ada saling pengertian, hendaknya tolong menolong di ataskebaikan dan ketaqwaan, tidak boleh berselisih di dalamnya, sebab perselisihanini adalah pintu kejelekan, hal yang membuat syaithan bergembira, hal yang membuat syithan.? Bergembira.
Karena itulah dari keawajiban seorang muslim dan muslimah dia menjaga sifat yang indah ini yang disebutkan oleh Rasulullah : يسراولاتعسرا  (Beri kabar gembira jangan kalian membuat manusia itu lari), jangan kalian membuatmanusia itu.? Lari.
Dan untuk sampai ke derajat ini, ia menyampaikan agama, memudahkannya kepada manusia, agama yangdia gambarkan adalah perkara yang memgimbirakan, ini semuanya harus  di bangun di atas ilmu syari’at yang kuat, dibangun diatas tuntunan.? ilmu yang baik.
Dan untuk sampai kederajat ini, ia menyampaikan agama, memudahkan kepada manusia, agama yang diagambarkan adalah perkara yang menggembirakan, ini semuanya harus di bangun diatas ilmu syariat yang kuat, di bangun di atas tuntunan.? Ilmu yang baik.
Karena itu kata sebagian ulama : (ilmu itu bagaimana di mudahkan manusia itu menerima agama, adapun mempersulit semua orang mampu), ini mempersulit, siapa yang tidak mampu kalau memepersulit, tapi bagaimana manusia itu mudah memahami agama, itulah ilmu namanya itulah yang di katakan.? Agama, itu yang di namakan agama. Dan hati-hati didalam maslah ini tidak boleh seorang bergampangan kalau ada manusia, ada ummat islam yang lari dia tidak maumempelajari agama di sebabkan karena perbuatan kita maka kita menanggung sebagian dari dosanya sebab kita yang menjadi sebab dia tidak mau belajar, kitamenjadi sebab orang ini tidak mau, apa.? mendapatkan kebaikan karena perbuatan kita yang menggambarkan agama sebagai hal yang berat, mambuat orang lari dan seterusnya, dan ini hal yang hendaknya di ingat dan selalu diperhatikan, selalu..? diperhatikan.
6.  kemudian diantara hal juga yang ingin saya ingatkan di sini dan kita saling berwasiat dengannya, sebuah ayat dalamAl-Qur’anul karim tentang kisah dan sifat dari nabi isa عليه السلام, Allah  سبحا نه وتعلىberfirman : tentang nabi isa,  وجعلنى مباركا أينما كنت  nabi isa berkata :(dan aku dijadikan oleh Allah berberkah dimana pun aku berada). Perhatikan ..!!berberkah.? Dimanapun dia berada, ini sifat sangat indah, para ulama menafsirkan  ayat ini dengan beberapapenafsiran, ( dan ) salah satu dari fenafsirannya adalah apa yang di sebut dan diringkas oleh ibnul qayyim, bahwa makna dia berberkah dimanapun dia berada, adalah dengan ia menyebarkan ilmu dimana pun dia berada, mengajarkan kebaikan bagi menusia, jadi berberkah dmana pun dia berada, menjadi kunci kebaikan dimana pun dia berada, menutup pintu kejelekan dan ini sifat seorang muslim dan muslimah, dimana pun dia berada, dimana kakinya menapak selalu dia memberikan kebaikan untuk manusia, selalu dia memberikan.? Kebaikan untuk manusia, berberkah untuk manusia, maka sifat inihendaknya kita jaga di dalam diri kita, selalu kita jaga dan kita berusaha untuk berberkah bagi saudara kita yang lain.
Dan nabi telah bersabda: ولايؤمنو أحد كم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه   (tidaklah beriman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai untuk saudarnya apa yang dicintai  untuk dirinya).
 
Dia cinta misalnya dirinya dapat kebaikan, harusnya dia juga cinta kebaikan itu di dapatkan oleh saudaranya,dia cinta misalnya, orang berlemah lembut kepadanya harusnya dia juga cinta dia berlemah lembut kepada saudaranya, maka demikianlah seorang mukmin itu, diamencintai untuk saudaranya kebaikan yang dicintai untuk dirinya, yang dicintai.? Untuk dirinya, maka mendidik diri supaya berberkah dimanapunberada  ini adalah sifat yang sangatindah, hal yang harusnya selalu kita kembangkan di dalam kehidupan kita.
Dimana pun kita bermasyarakat, dimana pun kita hidup selalu membawa kebaikan untuk manusia (dan)menutup pintu kejelekan dan ini sifat (yang) perlu dilatih diri-diri ini berada diatasnya, harus selalu kita berusaha untuk mengembangkannya, melatih akhlaq kita untuk berberkah kepada manusia dimanapun kita berada.
7.  Kemudian dari hal yang ingin saya ingatkan disini adalah firman Allahسبحا نه وتعلى , Allah berfirman :  يا أيهاالذين آمنوا قواأنفسكم وأهليكم نارا  (wahai orang-orang yang beriman jagalah diri-diri kalian dan jagalah keluarga-keluarga kalian dari api neraka), ini seruan Allah سبحا نه وتعلىkepada orang-orang beriman, kepada orang yang beriman supaya mereka menjagadiri-diri mereka dan menjaga keluarga mereka dari api neraka, menjaga diri dan keluarga dari.? Api neraka.
Bagaimana dia menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka? Inilah dari ma’na ayat yang hendaknya kita renungi, ia menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka.? Adalah dia melaksanakan segala ketaatan yang mendekatkan dirinya kepada Allah danmenghindarkan dirinya dari segala kemaksiatan yang bisa menghantarkan kepadaapi neraka, maka pertama dia benahi dirinya, didahulukan diri yang harus dijaga, dan dia perbaiki dirinya.
Sebab kadang sebagian kepala rumah tangga, subhanallah... dia hanya ingin keluarga dan anak-anaknya baik, istri dan anak-anaknya baik dan dia sendiri tidak ada usaha memperbaiki diri, ia kadang menuntut istri dan anak-anaknya berakhlaq yang baik, kepadanya tapi dia sendiri tidak pernah mendidik dirinyauntuk berakhlaq yang baik untuk istri dan anak-anaknya, maka ini adalah hal yang keliru yang hendaknya diperbaiki, sebab kepala rumah tangga dia adalah yang bertanggung jawab terhadap siapa yang dia pimpin. 
Dan nabi telah mengingatkan di dalam hadits ibnu umar yang diriwayatkan oleh imamul bukhari dan imam muslim, beliau bersabda :  كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته (setiap dari kalianadalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban akan kemimpinannya)
Seorang kepala negara adalah seorang pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban akan kepemimpinanannya, seorang kepala rumah tangga akan dimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinannya, seorang istri di tengah keluarganya, di tengah anak-anaknya akan dimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinannya, seorang budak pada harta tuannya akan dimintai pertanggung jawaban akan hal tersebut. Kemudian nabi kembali menegaskan : ألا كلكم راع وكلكم مسؤول عيته  (Ingatlah bahwa setiapdari kalian itu adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinannya).
Dan di dalam hadits ma’kil bin yasar yang diriwayatkan oleh imamul bukhari dan imam muslim, Rasulullah bersabda :  ما من عبد يسترعيةالله رعية ثم لم يحط بنصحهاألا حرم الله عليه الجنة  (tidak ada seorang hamba yang Allah berikan kepadanya tanggungjawab, (diberi tanggungjawab) lalu dia tidak beres dalam menjalankan tanggungjawabnya kecuali Allah haromkan untuknya surga).
Ini ancaman yang sangat keras bagi mereka yang Allah berikan nikmat keluarga lalu tidak menjaganya.
Dan menjaga diri dan keluarga ini dari api neraka yang paling utamanya dengan membekali diri dan keluarga dengan ilmu agama, ini yang paling utama sebab ilmu agama (adalah) sumber kebaikan, itu adalah dasar keimanan, keimanan tidak mungkin ada tanpa ilmu, dan dengan ilmu agama, seorang bisa melihat apa yang terbaik untuk diri dan keluarganya, Ia pandai melihat kebaikan untuk masa depannya apabila terjadi masalah ditengah mereka, maka ilmu agama adalah penyelesaiannya hal yang membawa kebaiakan dan penyelesaian untuknya.
Karena itulah tidak sepantasnya bagi seorang muslim dan muslimah untuk berpaling dari hal seperti ini,maka harus ada sikap menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Dan ayat ini, terdapat di dalamnya peringatan tentang kewajiban kita semua untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka, dan Rasulullah pernah mengingatkan dalam sebuah hadist, kata beliau : لايد خلالجنة د يوث (tidak akan masuk surgaseorang yang dayyust), apa dayyust itu.? Kata beliau : adalah orangyang membiarkan kemungkaran ditengah keluarganya, yang membiarkan kemungkaran ditengah.? Keluarganya.
Maka ini pokok dandasar bagi kaum muslimin di dalam membangun rumah tangga.
Harus di ketahui bahwa rumah tangga itu, keluarga itu, adanya pernikahan itu, punya maksud yang mulia di dalam syari’at kita bukan hanya menumpahkan syahwat, bukan hanya sekedar punya anak dan keturunan tapi ada makna pokok yang hendak dipahami, bahwa seorang yang berumah tangga dengan rumah tangga yang dia bina untuk (dapat) lebih mendekatkan dirinya kepada Allah, agar supaya rumah tangganya bisa menjadi lahan ibadah yang lebih luas lagi baginya, manjadi lahan ibadah.? yang lebih luas baginya.
Karena itu nabi صلى الله عليه وسلم  pernah di tanya oleh seorang shahabat yang bernama uqbah bin ‘amir al-juhaniرضي الله عنه , uqbah bin amir bertanya :  يا رسول الله ما النجاح .؟  (wahai rasulullah apakah jalan keselamatan itu), apakah jalan.? Keselamatan itu, maka nabi صلى اللهعليه وسلم  bersabda : أمسكعليك لسا نك وليسعك بيتك وا بك على خطيأ تك  kata nabi : (jagalah lisanmu), di suruh menjaga lisan yang pertama, ini penting, penting.? Lisannya dia jaga kepada orang umum, kepada keluarganya, kepada orang tuanya dan selainnya, dia menjaga lisan, kemudian yang kedua وليسعكبيتك  (dan hendaknya rumahmuitu menjadi lapang bagimu), rumah menjadi lapang.?bagimu, ini jalan keselamatan, kalau rumahnya bisa menjadi hal yang lapang baginya, indah baginya.
Sebab banyak nilai-nilai ibadah yang bisa dia tegakkan di rumah, dari berakhlak yang mulia kepada keluarga, mendidik anak dan istri, ini semunya adalah  lahan-lahan ibadah ( yang ) luas, karena itudari jalan keselamatan kata nabi, hendaknya rumahmu menjadi lapang bagimu,menjadi lapang.? bagimu.
Kemudian kata beliau :  وا بك على خطيأ تك dan dari jalan keselamatan (tangisilah keselahanmu) selalu.? Menangisi kesalahan, karena setiap manusia punya.? Pasti ada dosa dan kesalahan, maka hendaknyaia selalu menangisi .? dosa dan kesalahanya tersebut, maka ini dari pokok dasar syari’at kita yang hendaknya selalu kita perhatikan dan kita cermati, maka semua dari kita punya kewajiban, semua dari kita punya tanggung jawab, dan ini penting untuk diperhatikan kewajiban dan tanggungjawab.
Yang paling penting bagi seorang hamba, bagaimana kewajiban dan tanggungjawabnya itu yang dia tunaikan, sebab itu yang akan di tanyakan pada hari kiamat, adapun kalau dia memiliki hak, maka haknya itu boleh dia tuntut, tapi dia tidak harus mengambilhaknya, tidak harus dia mengambil.? haknya, tapi yang paling penting adalah kewajiban dan tanggngjawabnya dia tunaikan, kewajiban dan tanggung jawabnya.? Dia tunaikan, ini sebenarnya pokok masalah apalagi dalam rumah tangga.
Suami kadang hanya berfikir dia punya hak terhadap istri, kenapa istrinya tidak melayaninya, tidak mengurus rumah tangga dengan baik, tidak mendidik anak-anak dengan baik dan seterusnya,yang dia fikirkan haknya, haknya, haknya, tapi jarang memikirkan tanggungjawabnya,(dan) keawajibannya.
Demikian pula istri,kadang yang di dengar darinya hanya tuntutan, tuntutan, tuntutan, dia sendiri punya kewajiban-kewajiban, (dan) mungkin banyak kekurangan dalam menegakkan kewajibannya.
Karena itu yang paling penting bagi seorang hamba dan ini yang menjaga kelangsungan, kalau mereka.? setiapdari mereka berusaha menunaikan kewajiban masing-masing, adapun masalah hak, kalau dia tidak terima saat ini di dunia, di akhirat nanti dia akan mendaptkan kebaikannya, dia akan mendapatkan.? Kebaikannya, karena itu dari pokok pembahasan yang hendaknya kita perhatikan. 
Demikian beberapa wasiat dan beberapa perkara yang ingin saya ingatkan di majelis ini, semogaAllah سبحا نه وتعلى menjadikan hal tersebut  sebagai hal yang bermanfaat untuk kita semua, menjadi pijakan–pijakan dan pedoman di dalam kehidupan kita, bisa selalu bermakna untuk hari-hari kita dimasa mendatang, dan tentunya apa yang saya sampaikan tadi (berupa) kalimat-kalimat ringkas, dasar–dasar kita uraikan dari ayat al-qur’an dan hadits Rasulullahصلى الله عليه وسلم  hendaknya selalu menjadi titik perhatian.
Kalau ingin di luaskan, apa yang diterangkan tadi itu adalah kaidah-kaidah dasar yang mempunyai makna yang sangat luas, mempunyai makna yang sangat.? Luas, kalau selalu kitacermati dan selalu kita perhatikan insya Allahu Ta’ala pasti akan selalu membawa kebaikan untuk kita semua.
Wallahu ta’ala a’lam.

Catatan Admin : kami telah berusaha mentraskip audio ceramah tersebut di atas ke dalam format tulisan sesuai dengan kemampuan kami, dan berusaha untuk tidak mengurangi atau menambah dari lafadz aslinya, namun apabila ada kesalahan & kekeliruan dalam penulisannya, apakah kurang atau lebih, terlebih lafadz ayat-ayat al-qur'an atau hadits, maka sudilah kiranya pembaca yang budiman untuk menyampaikannya kepada kami melalui kolom komentar yang ada di bawah pada postingan ini, atas perhatiannya kami mengucapkan jazaakumullahu khoiron.


 

by blogonol