Saturday, July 28, 2012

Sebab Yang Dapat Menjaga & Mengokohkan Agama Seorang Muslim (Bag. 1)

Kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberi  taufiq kepada kita sekalian untuk bisa melaksanakan sholat yang diwajibkan ini disalah satu dari rumah-rumah Allah -Subhanahu wata’ala- dan kita juga memuji Allah –Azza wajalla- yang telah mengumpulkan kita pada saat yang penuh berkah ini, dan disinilah kita saling mengingatkan ilmu yang bermanfaat yang akan membantu kita mengamalkan amalan-amalan yang shaleh.

Pertama-tama saya ingin menyampaikan kabar gembira kepada diri saya sendiri dan kepada antum semua tentang besarnya keutamaan ilmu dan keutamaan para ulama.

Sesungguhnya jalan ilmu ini adalah merupakan jalan yang mulia, yang merupakan warisan para Nabi, sebagaimana yang telah shahih diriwayatkan dari Abu Darda’ -Radhiyallahu Ta’ala  ‘anhu-  bahwa Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :

ان الأنبياء لم يورثوا د ينارا ولا د رهما انما ورثوا العلم                                     
“Sesungguhnya para Nabi, mereka tidaklah mewariskan kepada ummat ini dinar dan tidak pula dirham, namun yang mereka wariskan adalah ilmu”  

Maka berbahagialah bagi orang yang diberi taufiq oleh Allah -Subhanahu wata’ala- untuk dapat berjalan di atas ilmu ini, sebab merupakan bagian dari besarnya nikmat Allah -Subhanahu wata’ala- dengan menuntut ilmu, ketika Allah -Subhanahu wata’ala- memudahkan kita untuk menempuh jalan ini, (dan) ini merupakan keutamaan yang besar atas kita dan atas seluruh manusia, akan tetapi banyak diantara manusia yang tidak mengetahuinya.

Keberadaan Ma’had (Pondok Pesantren) yang seperti ini, demikian pula ma’had-ma’had yang lainnya, ini adalah merupakan tempat bernaungnya kaum muslimin yang akan menjadi benteng pertahanan mereka, yang di dalamnya mereka menghasilkan ilmu yang bermanfaat lalu kemudian mereka menolong agama Allah -Subhanahu wata’ala-.

Kita melihat bahwa demikian banyak dari Masyarakat kita, mereka terjatuh ke dalam sekian banyak fitnah, baik itu fitnah syahwat atau fitnah-fitnah syubhat.

Maka termasuk diantara yang terbesar yang akan menolong seorang muslim untuk menjaga dirinya (dan) untuk memelihara keluarganya adalah :

1.   Mendatangi tempat-tempat yang seperti ini (yaitu Ma’had/Pesantren), Ma’had yang penuh berkah, Ma’had yang baik yang di dalamnya diajarkan ilmu lalu kemudian mereka pun menuntut ilmu, dan mereka pun saling bahu-membahu, saling tolong-menolong diantara para ikhwan dan saling melakukan hubungan diantara mereka yang dengannya seorang muslim akan terpelihara, dan terpelihara pula keturunan mereka dengan izin Allah -Subhanahu wata’ala-.

Oleh karena itu aku menganjurkan diriku sendiri demikian pula kepada kalian agar bersegera untuk mendatangi ma’had yang seperti ini, lalu kemudian tinggal disekitar ma’had yang penuh berkah ini.

Dan Negri ini seringkali atau negri ini tidaklah kita menemukan suatu Daerah melainkan disana kita mengetahui ada ma’had yang di dalamnya diajarkan ilmu syar’i.

Maka oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk bersegera mencari tempat tinggal di dekat ma’had tersebut dan berusaha untuk mendekatinya, dimana seorang muslim berusaha untuk memberikan perlindungan terhadap dirinya setelah dia berpegang teguh dengan tali Allah -Subhanahu wata’ala- lalu dia pun dianjurkan untuk berkumpul dengan para ikhwan karena sesungguhnya ini adalah merupakan faktor terbesar yang Allah -Subhanahu wata’ala- akan memelihara agama seorang muslim, oleh karena itu janganlah kalian menyia-nyiakan kesempatan ini dan semangatlah kalian untuk berusaha berkumpul dengan ikhwan (Saudara-Saudara se-aqidah dan se-manhaj) kalian di ma’had-ma’had seperti ini.
 
Saudara-saudaraku yang aku cintai, sesungguhnya perjalanan seorang muslim di dalam kehidupan dunia ini, disamping semangatnya untuk berpegang teguh dengan agamanya, terkhusus pada zaman ini, termasuk diantara pintu-pintu cobaan yang terbesar dalam perjalanan dunianya.

Sungguh telah shahih dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, bahwa beliau bersabda :

سيأ تى على الناس زما ن القابض لدينه كالقابض على الجمرة                
“Akan datang suatu zaman pada manusia, dimana seorang yang berpegang teguh pada agamanya seperti seseorang yang memegang bara api”

Yaitu disebabkan karena beratnya cobaan yang dihadapi oleh seorang muslim dari berbagai fitnah-fitnah yang terjadi, sehingga apabila seorang muslim itu berpegang teguh dengan agamanya maka dia akan merasakan kesulitan dan dia akan merasakan cobaan yang yang demikian berat sebagaimana yang disebutkan perumpamannya oleh Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- ini, dimana seorang yang berpegang teguh dengan agamanya, seperti seorang yang sedang memegang bara api.

Siapa yang mampu memegang bara api.? Maka demikian pula keadaan seseorang yang demikian sulitnya dia berpegang pada agamanya, berpegang teguh dengan agama Allah -Subhanahu wata’ala-.

Namun disamping itu pula, ketika cobaan demikian berat bagi seorang muslim yang berpegang teguh pada agamanya pada zaman itu, Allah -Subhanahu wata’ala- melipatgandakan pahala seorang hamba ketika dia berpegang teguh dengan agamanya.

Sebagaimana yang telah shahih dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-  :

انه يضاعف لهم الأجور بقد ر خمسين, فقالوا : أمنا يارسول الله أومنهم.؟ فقال : بل منكم

“akan dilipatgandakan pahala seseorang yang berpegang teguh dengan agamanya pada zaman tersebut 50 kali lipat dibandingkan pahala para Shahabat, lalu kemudian para shahabat bertanya kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- apakah 50 kali lipat itu dibandingkan pahala mereka ataukah pahala kami.? Kata Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bahkan dibandingkan pahala kalian”

Hal ini disebabkan karena demikian beratnya cobaan yang menimpa seorang muslim dari berbagai macam ujian dan cobaan.

Terkadang seorang muslim tanpa terasa dia terjatuh dalam ketergelinciran, terjatuh dalam kesalahan, terjatuh dalam berbagai kekurangan-kekurangan, lalu kemudian Allah -Subhanahu wata’ala- mengampuni hamba tersebut.

2.   Dan termasuk diantara yang membantu seorang muslim untuk senantiasa memelihara agamanya dengan berbagai cobaan yang dihadapinya, (adalah) semangat seorang muslim untuk tinggal di sebuah tempat yang akan menolongnya untuk menjaga dan memelihara agamanya.

Oleh karena itu Allah -Subhanahu wata’ala- mensyari’atkan yang namanya hijrah, berhijrah meninggalkan Negara kafir menuju Negara Islam, dan para ulama mereka telah menyebutkan berbagai jenis hijrah, dan termasuk jenis hijrah itu adalah meninggalkan negri yang disana banyak sekali terjadi kebid’ahan menuju kepada negri Sunnah, meninggalkan negri yang banyak dilakukan perbuatan kemaksiatan menuju kepada ketaatan kepada Allah -Subhanahu wata’ala-.

Dan telah disebutkan pula dalam hadits yang shahih dimana Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- menyebutkan tentang seseorang yang telah membunuh 99 nyawa, namun dia ingin bertaubat kepada Allah -Subhanahu wata’ala- maka diapun bertanya kepada seorang ahli ibadah lalu kemudian mengatakan, apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat.? Lalu kemudian orang ini (ahli ibadah) menjawab tidak ada lagi taubat bagimu, maka akhirnya diapun menyempurnakan bilangan orang yang dibunuhnya menjadi 100 dan diapun membunuh ahli ibadah itu dan dia tetap berusaha untuk bertanya yang akhirnya diapun bertemu dengan seorang ‘alim, maka diapun bertanya kepada ‘alim tersebut, apakah masih ada jalan bagiku untuk bertaubat kepada Allah -Subhanahu wata’ala-.?
 
Maka orang yang berilmu ini mengatakan kepadanya siapa yang bisa menghalangimu apabila engkau hendak bertaubat kepada Allah -Subhanahu wata’ala-, siapa yang bisa menghalangimu dari Allah -Subhanahu wata’ala-, akan tetapi saat ini engkau tinggal di negri yang buruk, maka hendaknya engkau meninggalkannya dan pergilah engkau ke negri fulan, disana engkau akan mendapati suatu kaum yang mereka menyembah Allah -Subhanahu wata’ala-.

Demikian pula keadaan kita, apabila kita tetap saja tinggal dan menetap di sebuah tempat atau di sebuah masyarakat yang disana banyak sekali terjadi perbuatan kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan, maka ini akan menyulitkan kita untuk melakukan kebaikan-kebaikan, namun apabila kita pindah menuju kepada sebuah tempat yang disana diajarkan tauhid dan diajarkan sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dan akan membantu kita untuk mengamalkan ketaatan-ketaatan, maka itu akan menolong kita memberi kekuatan pada diri-diri kita untuk memperbaiki diri kita demikian pula keluarga kita dan anak-anak kita.

Oleh karena itu di majelis ini saya kembali mengulangi dan mengulangi bahwa sepantasnyalah bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh melakukan rihlah, melakukan perjalanan ke ma’had-ma’had ilmiah yang di zaman ini berkumpul di satu ma’had yang diajarkan padanya ilmu syar’I yang ibaratnya seperti masyarakat yang patut untuk dijadikan sebagai contoh dan itu akan mengingatkan kamu dengan kehidupan para shahabat  -Radhiyallahu ta’ala ‘anhum- dan itu akan menguatkan kamu untuk senantiasa menjadikan mereka sebagai panutan.

Kalaulah ma’had itu jauh darimu, maka tidak mengapa engkau berusaha untuk mencari hal-hal yang dapat membantu kamu untuk tinggal di ma’had tersebut, sebab keselamatan agama seseorang tidaklah bisa di bandingkan dengan apapun yang ada di dunia ini.

Seorang muslim, dia tidaklah memiliki sebuah tempat tinggal yang sepantasnya kecuali tempat tinggal yang memungkinkan dia beribadah kepada Allah -Subhanahu wata’ala- di tempat itu, dan ketika engkau berusaha untuk berada di tempat yang merupakan ma’had yang di dalamnya engkau mampu untuk mempelajari ilmu syar’I, mempelajari tauhid dan sunnah sehingga engkau mampu beribadah kepada Allah -Subhanahu wata’ala- di atas tauhid dan sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- tersebut.

Apabila engkau memahami demikian besarnya manfaat itu (yaitu) beribadah di atas tauhid dan di atas sunnah, maka akan menjadi ringan bagimu segala hal yang menyulitkanmu dan engkau akan merasakan dalam kesulitan itu ada sebuah kelezatan dan ada sebuah kenikmatan.

Oleh karena itu Allah -Subhanahu wata’ala- akan membuat dirimu menjadi bahagia, sebab yang demikian akan mendatangkan kemashlahatan pada dirimu demikian pula pada keluargamu, dan itu akan membantu dirimu untuk berjalan di atas sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersama dengan ikhwan yang lainnya.

Maka cukuplah kebahagiaan beribadah kepada Allah dan berjalan di atas sunnah Nabi –Shallallahu ‘alaihi wasallam- itu adalah merupakan keberuntungan yang besar, karena dengan berjalan di jalan Allah -Subhanahu wata’ala- dan engkau mampu mengamalkan apa yang mampu untuk kamu amalkan bersama dengan saudara-saudaramu, akan tetapi engkau tetap tinggal di sebuah masyarakat yang disana banyak terjadi kejahilan, maka engkau akan menjadi lemah, oleh karena itu kembali saya mengulangi tentang pentingnya hal ini, saling mewasiatkan, saling menasehati sebagian kita terhadap sebagian yang lain untuk berusaha tinggal di ma’had-ma’had ilmu yang penuh berkah tersebut.

(Bersambung InsyaAllah)...

0 komentar:

Post a Comment

 

by blogonol