Kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wata’ala
yang telah memberi taufiq kepada kita
sekalian untuk bisa melaksanakan sholat yang diwajibkan ini disalah satu dari
rumah-rumah Allah -Subhanahu wata’ala- dan kita juga memuji Allah –Azza
wajalla- yang telah mengumpulkan kita pada saat yang penuh berkah ini, dan
disinilah kita saling mengingatkan ilmu yang bermanfaat yang akan membantu kita
mengamalkan amalan-amalan yang shaleh.
Pertama-tama saya ingin menyampaikan kabar gembira
kepada diri saya sendiri dan kepada antum semua tentang besarnya keutamaan ilmu
dan keutamaan para ulama.
Sesungguhnya jalan ilmu ini adalah merupakan jalan
yang mulia, yang merupakan warisan para Nabi, sebagaimana yang telah shahih
diriwayatkan dari Abu Darda’ -Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu-
bahwa Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
ان الأنبياء لم يورثوا د ينارا ولا د رهما انما ورثوا العلم
“Sesungguhnya para Nabi, mereka tidaklah
mewariskan kepada ummat ini dinar dan tidak pula dirham, namun yang mereka
wariskan adalah ilmu”
Maka berbahagialah bagi orang yang diberi taufiq
oleh Allah -Subhanahu wata’ala- untuk dapat berjalan di atas ilmu ini, sebab
merupakan bagian dari besarnya nikmat Allah -Subhanahu wata’ala- dengan
menuntut ilmu, ketika Allah -Subhanahu wata’ala- memudahkan kita untuk menempuh
jalan ini, (dan) ini merupakan keutamaan yang besar atas kita dan atas seluruh
manusia, akan tetapi banyak diantara manusia yang tidak mengetahuinya.
Keberadaan Ma’had (Pondok Pesantren) yang seperti
ini, demikian pula ma’had-ma’had yang lainnya, ini adalah merupakan tempat
bernaungnya kaum muslimin yang akan menjadi benteng pertahanan mereka, yang di
dalamnya mereka menghasilkan ilmu yang bermanfaat lalu kemudian mereka menolong
agama Allah -Subhanahu wata’ala-.
Kita melihat bahwa demikian banyak dari Masyarakat
kita, mereka terjatuh ke dalam sekian banyak fitnah, baik itu fitnah syahwat
atau fitnah-fitnah syubhat.
Maka termasuk diantara yang terbesar yang akan
menolong seorang muslim untuk menjaga dirinya (dan) untuk memelihara
keluarganya adalah :
1. Mendatangi
tempat-tempat yang seperti ini (yaitu Ma’had/Pesantren), Ma’had yang penuh
berkah, Ma’had yang baik yang di dalamnya diajarkan ilmu lalu kemudian mereka
pun menuntut ilmu, dan mereka pun saling bahu-membahu, saling tolong-menolong
diantara para ikhwan dan saling melakukan hubungan diantara mereka yang
dengannya seorang muslim akan terpelihara, dan terpelihara pula keturunan
mereka dengan izin Allah -Subhanahu wata’ala-.
Oleh
karena itu aku menganjurkan diriku sendiri demikian pula kepada kalian agar
bersegera untuk mendatangi ma’had yang seperti ini, lalu kemudian tinggal
disekitar ma’had yang penuh berkah ini.
Dan
Negri ini seringkali atau negri ini tidaklah kita menemukan suatu Daerah
melainkan disana kita mengetahui ada ma’had yang di dalamnya diajarkan ilmu
syar’i.
Maka
oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk bersegera mencari tempat tinggal
di dekat ma’had tersebut dan berusaha untuk mendekatinya, dimana seorang muslim
berusaha untuk memberikan perlindungan terhadap dirinya setelah dia berpegang
teguh dengan tali Allah -Subhanahu wata’ala- lalu dia pun dianjurkan untuk
berkumpul dengan para ikhwan karena sesungguhnya ini adalah merupakan faktor
terbesar yang Allah -Subhanahu wata’ala- akan memelihara agama seorang muslim,
oleh karena itu janganlah kalian menyia-nyiakan kesempatan ini dan semangatlah
kalian untuk berusaha berkumpul dengan ikhwan (Saudara-Saudara se-aqidah dan
se-manhaj) kalian di ma’had-ma’had seperti ini.
Saudara-saudaraku
yang aku cintai, sesungguhnya perjalanan seorang muslim di dalam kehidupan
dunia ini, disamping semangatnya untuk berpegang teguh dengan agamanya,
terkhusus pada zaman ini, termasuk diantara pintu-pintu cobaan yang terbesar
dalam perjalanan dunianya.
Sungguh
telah shahih dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, bahwa beliau bersabda :
سيأ تى
على الناس زما ن القابض لدينه كالقابض على الجمرة
“Akan
datang suatu zaman pada manusia, dimana seorang yang berpegang teguh pada
agamanya seperti seseorang yang memegang bara api”
Yaitu
disebabkan karena beratnya cobaan yang dihadapi oleh seorang muslim dari
berbagai fitnah-fitnah yang terjadi, sehingga apabila seorang muslim itu
berpegang teguh dengan agamanya maka dia akan merasakan kesulitan dan dia akan
merasakan cobaan yang yang demikian berat sebagaimana yang disebutkan
perumpamannya oleh Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- ini, dimana
seorang yang berpegang teguh dengan agamanya, seperti seorang yang sedang
memegang bara api.
Siapa
yang mampu memegang bara api.? Maka demikian pula keadaan seseorang yang
demikian sulitnya dia berpegang pada agamanya, berpegang teguh dengan agama
Allah -Subhanahu wata’ala-.
Namun
disamping itu pula, ketika cobaan demikian berat bagi seorang muslim yang
berpegang teguh pada agamanya pada zaman itu, Allah -Subhanahu wata’ala-
melipatgandakan pahala seorang hamba ketika dia berpegang teguh dengan
agamanya.
Sebagaimana
yang telah shahih dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- :
انه يضاعف لهم الأجور بقد ر خمسين, فقالوا : أمنا يارسول الله أومنهم.؟
فقال : بل منكم
“akan
dilipatgandakan pahala seseorang yang berpegang teguh dengan agamanya pada
zaman tersebut 50 kali lipat dibandingkan pahala para Shahabat, lalu kemudian
para shahabat bertanya kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- apakah 50
kali lipat itu dibandingkan pahala mereka ataukah pahala kami.? Kata Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wasallam- bahkan dibandingkan pahala kalian”
Hal
ini disebabkan karena demikian beratnya cobaan yang menimpa seorang muslim dari
berbagai macam ujian dan cobaan.
Terkadang
seorang muslim tanpa terasa dia terjatuh dalam ketergelinciran, terjatuh dalam
kesalahan, terjatuh dalam berbagai kekurangan-kekurangan, lalu kemudian Allah
-Subhanahu wata’ala- mengampuni hamba tersebut.
2. Dan termasuk
diantara yang membantu seorang muslim untuk senantiasa memelihara agamanya
dengan berbagai cobaan yang dihadapinya, (adalah) semangat seorang muslim untuk
tinggal di sebuah tempat yang akan menolongnya untuk menjaga dan memelihara
agamanya.
Oleh
karena itu Allah -Subhanahu wata’ala- mensyari’atkan yang namanya hijrah,
berhijrah meninggalkan Negara kafir menuju Negara Islam, dan para ulama mereka
telah menyebutkan berbagai jenis hijrah, dan termasuk jenis hijrah itu adalah
meninggalkan negri yang disana banyak sekali terjadi kebid’ahan menuju kepada
negri Sunnah, meninggalkan negri yang banyak dilakukan perbuatan kemaksiatan
menuju kepada ketaatan kepada Allah -Subhanahu wata’ala-.
Dan
telah disebutkan pula dalam hadits yang shahih dimana Rasulullah -Shallallahu
‘alaihi wasallam- menyebutkan tentang seseorang yang telah membunuh 99 nyawa,
namun dia ingin bertaubat kepada Allah -Subhanahu wata’ala- maka diapun
bertanya kepada seorang ahli ibadah lalu kemudian mengatakan, apakah ada jalan
bagiku untuk bertaubat.? Lalu kemudian orang ini (ahli ibadah) menjawab tidak
ada lagi taubat bagimu, maka akhirnya diapun menyempurnakan bilangan orang yang
dibunuhnya menjadi 100 dan diapun membunuh ahli ibadah itu dan dia tetap
berusaha untuk bertanya yang akhirnya diapun bertemu dengan seorang ‘alim, maka
diapun bertanya kepada ‘alim tersebut, apakah masih ada jalan bagiku untuk bertaubat
kepada Allah -Subhanahu wata’ala-.?
Maka
orang yang berilmu ini mengatakan kepadanya siapa yang bisa menghalangimu
apabila engkau hendak bertaubat kepada Allah -Subhanahu wata’ala-, siapa yang
bisa menghalangimu dari Allah -Subhanahu wata’ala-, akan tetapi saat ini engkau
tinggal di negri yang buruk, maka hendaknya engkau meninggalkannya dan pergilah
engkau ke negri fulan, disana engkau akan mendapati suatu kaum yang mereka
menyembah Allah -Subhanahu wata’ala-.
Demikian
pula keadaan kita, apabila kita tetap saja tinggal dan menetap di sebuah tempat
atau di sebuah masyarakat yang disana banyak sekali terjadi perbuatan
kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan, maka ini akan menyulitkan kita untuk
melakukan kebaikan-kebaikan, namun apabila kita pindah menuju kepada sebuah
tempat yang disana diajarkan tauhid dan diajarkan sunnah Nabi -Shallallahu
‘alaihi wasallam- dan akan membantu kita untuk mengamalkan ketaatan-ketaatan,
maka itu akan menolong kita memberi kekuatan pada diri-diri kita untuk
memperbaiki diri kita demikian pula keluarga kita dan anak-anak kita.
Oleh
karena itu di majelis ini saya kembali mengulangi dan mengulangi bahwa
sepantasnyalah bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh melakukan rihlah,
melakukan perjalanan ke ma’had-ma’had ilmiah yang di zaman ini berkumpul di
satu ma’had yang diajarkan padanya ilmu syar’I yang ibaratnya seperti
masyarakat yang patut untuk dijadikan sebagai contoh dan itu akan mengingatkan
kamu dengan kehidupan para shahabat
-Radhiyallahu ta’ala ‘anhum- dan itu akan menguatkan kamu untuk
senantiasa menjadikan mereka sebagai panutan.
Kalaulah
ma’had itu jauh darimu, maka tidak mengapa engkau berusaha untuk mencari
hal-hal yang dapat membantu kamu untuk tinggal di ma’had tersebut, sebab
keselamatan agama seseorang tidaklah bisa di bandingkan dengan apapun yang ada
di dunia ini.
Seorang
muslim, dia tidaklah memiliki sebuah tempat tinggal yang sepantasnya kecuali
tempat tinggal yang memungkinkan dia beribadah kepada Allah -Subhanahu
wata’ala- di tempat itu, dan ketika engkau berusaha untuk berada di tempat yang
merupakan ma’had yang di dalamnya engkau mampu untuk mempelajari ilmu syar’I,
mempelajari tauhid dan sunnah sehingga engkau mampu beribadah kepada Allah
-Subhanahu wata’ala- di atas tauhid dan sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi
wasallam- tersebut.
Apabila
engkau memahami demikian besarnya manfaat itu (yaitu) beribadah di atas tauhid
dan di atas sunnah, maka akan menjadi ringan bagimu segala hal yang
menyulitkanmu dan engkau akan merasakan dalam kesulitan itu ada sebuah
kelezatan dan ada sebuah kenikmatan.
Oleh
karena itu Allah -Subhanahu wata’ala- akan membuat dirimu menjadi bahagia,
sebab yang demikian akan mendatangkan kemashlahatan pada dirimu demikian pula
pada keluargamu, dan itu akan membantu dirimu untuk berjalan di atas sunnah
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersama dengan ikhwan yang lainnya.
Maka
cukuplah kebahagiaan beribadah kepada Allah dan berjalan di atas sunnah Nabi
–Shallallahu ‘alaihi wasallam- itu adalah merupakan keberuntungan yang besar, karena
dengan berjalan di jalan Allah -Subhanahu wata’ala- dan engkau mampu
mengamalkan apa yang mampu untuk kamu amalkan bersama dengan saudara-saudaramu,
akan tetapi engkau tetap tinggal di sebuah masyarakat yang disana banyak
terjadi kejahilan, maka engkau akan menjadi lemah, oleh karena itu kembali saya
mengulangi tentang pentingnya hal ini, saling mewasiatkan, saling menasehati
sebagian kita terhadap sebagian yang lain untuk berusaha tinggal di
ma’had-ma’had ilmu yang penuh berkah tersebut.
(Bersambung InsyaAllah)...
0 komentar:
Post a Comment