4. Terkhusus dalam
hal ini, yang akan membantu seorang muslim untuk kokoh di atas agamanya baik
para penuntut ilmu dari kaum laki-laki demikian pula para wanita adalah beramal
dengan ilmu karena sesungguhnya mengamalkan ilmu yang telah kita ketahui itu
akan membuka bagimu ilmu yang tidak kamu ketahui sebelumnya,
sebab
dengan mengamalkan ilmu tersebut Allah -Subhanahu wata’ala- akan memberikan
taufiq kepadamu sehingga engkau senantiasa kokoh di atas agamanya dan engkau
senantiasa melanjutkan perjalanan ilmu tersebut sehingga ilmu mu semakin
bertambah sebab jalan menuntut ilmu adalah merupakan jalan menuju Allah
-Subhanahu wata’ala- sehingga apabila engkau telah diberikan ilmu maka
hendaknya engkau mengamalkan ilmu tersebut dan apabila engkau tidak mengamalkan
ilmu yang telah engkau ketahui maka Allah -Subhanahu wata’ala- akan
menghinakanmu.
Berapa
banyak dari manusia, dimana mereka sebelumnya semangat dalam menuntut ilmu,
semangat dalam menghasilkan ilmu akan tetapi dia tidak mengamalkan ilmu
tersebut sehingga pada suatu saat yang berikutnya dia diharamkan dari menuntut
ilmu, ia meninggalkan jalan menuntut ilmu tersebut disebabkan karena dia tidak
mengmalkan ilmu itu.
Oleh
karena itu disebutkan oleh Waki’ Ibnul Jarrah –Rahimahullah- beliau mengatakan :
ان العلم نور ونورالله لايهدى ولا يعطى لعاصى
“Sesunggauhnya ilmu itu adalah cahaya dan
cahaya Allah itu tidaklah diberikan kepada orang yang melakukan kemaksiatan”.
Berapa
banyak dari mereka yang sebelumnya diketahui semangat dalam menuntut ilmu lalu
kemudian dia meninggalkan menuntut ilmu tersebut dan yang terbesar dalam hal
ini adalah terjatuhnya seorang ke dalam perbuatan dosa dan kemaksiatan.
Bahkan
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- ash-shadiqul masduq, beliau bersabda dalam
hadits yang shahih :
ان أحد كم
ليعمل بعمل أهل الجنة فيما يبدوا للناس
“
Sesungguhnya salah seorang kalian ada yang mengamalkan amalan penghuni surga (
yaitu amalan sholeh ) namun itulah yang tampak dihadapan manusia “
yang
ternyata Allah -Subhanahu wata’ala- menetapkan dirinya termasuk penghuni
neraka. Dan ma’na dari hadits yang disebutkan oleh nabi -Shallallahu ‘alahi
wasallam- Ini, bahwa ada sebagian manusia secara dhohir (Nampak) bahwa dia
adalah orang yang sholeh, akan tetapi pada saat dia tidak dihadapan orang lain,
pada saat dia jauh dari yang lainnya, ternyata dia melakukan perbuatan dosa dan
kemaksiatan kepada Allah -Subhanahu wata’ala-
Ketahuilah
bahwa sesungguhnya perbuatan dosa dan kemaksiatan itu, akan menyebabkan seorang
muslim merasa berat untuk menjalankan agama Allah, akan terasa berat untuk
mengamalkan ilmu sehingga dengan perbuatan kemaksiatan itu, menyebabkan seorang
muslim itu berpaling dari kebaikan yang sebelumnya dia mengamalkan kebaikan
itu.
Maka
hendaknya seorang penuntut ilmu berhati-hati dari terjerumus kedalam perbuatan
dosa dan kemaksiatan dan berhati-hati pula dari tidak mengamalkan ilmu, karena
hal itu akan memalingkan seorang hamba dari jalan Allah -Subhanahu wata’ala-
Ash-shiratul mustaqim.
Allah
-Subhanahu wata’ala- berfirman :
ونقلب أفئد تهم وأبصا رهم كما لم يؤمنوا به أول مرة ونذ رهم فى طغيا
نهم يعمهون
“
Dan kami akan membalikkan hati-hati dan pandangan-pandangan mereka sebagaimana
awalnya mereka tidak beriman kepada Allah, dan kami biarkan mereka dalam
keadaan kedzaliman, dalam keadaan melakukan perbuatan-perbuatan kemaksiatan.
Maka
demikian pula Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
ان قلوب العباد بين أصبعين من أصا بعا الرحمن يقلبها كيف يشاء
“ Sesungguhnya hati-hati hamba-hamba ini berada diantara 2 jari dari jari jemari Allah, dimana Allah membolak-balikkan hati-hati
tersebut sekehendak Allah Azza Wajalla.
Dan ma’na dari hadits Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-
ini adalah hendaknya kalian bersemangat untuk memelihara hati tersebut,
hendaknya kalian selalu bersemangat untuk menjaga hati kalian agar tidak
terjatuh ke dalam perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah Azza Wajallah.
Dan termasuk diantara do’a Nabi -Shallallahu ‘alaihi
wasallam- Yang beliau panjatkan, beliau selalu mengatakan :
اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبى على طا عتك
“ Ya Allah yang membolak-balikkan hati, arahkanlah hatiku
ini menuju kepada ketaatan-Mu”
Dan ma’na dari hadits ini bahwa sesungguhnya berjalannya
hati itu menuju kepada kemaksiatan merupakan sebab yang akan menyebabkan, atau
mendatangkan kerugian hidup seorang memiliki hati tersebut dalam kehidupan
dunia demikian pula dalam kehidupan akhirat.
Terlebih lagi ketika dia tidak mengamalkan ilmunya, maka
hati ini -kaum muslimin rahimakumullah- selalu berangan-angan untuk melakukan
perbuatan dosa , namun seorang yang berakal dia akan selalu berusaha mencegah
nafsu dan jiwa yang selalu memerintahkan pada keburukan, dia berusaha untuk
menghalanginya dan mencegahnya untuk melakukan apa saja yang diinginkannya,
sehingga apabila dia meninggalkan keinginan dari nafsu tersebut, ketika dia
meninggalkan untuk beramal dengan ilmu dan dia melakukan apa yang dikehendaki
oleh nafsunya, maka itulah yang menyebabkan dia menyimpang dari jalan Allah
-Subhanahu wata’ala-.
Dosa-dosa itu seperti najis, (yang mana) air yang bersih,
air yang jernih, yang suci apabila diletakkan padanya najis, meskipun najis itu
sedikit tatkala terjadi perubahan pada air tersebut maka jadilah air itu
menjadi air yang najis, demikian pula amalan-amalan seorang muslim, janganlah
dia mengotorinya dengan perbuatan dosa sebab apabila dia mengotori amalan
tersebut dengan perbuatan dosa maka itu akan menyebabkan rusaknya amalan
seperti rusaknya air yang suci tadi dengan dicampurnya najis yang menyebabkan
air tersebut menjadi air yang najis, demikian pula hati, hati tersebut diisi
dengan hal-hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah -Subhanahu wata’ala-
Sebagaimana
kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, demikian pula kita
bersungguh-sungguh dalam beramal, mengamalkan ilmu tersebut, sebab dengan
mengamalkan ilmu itu akan memberi kemshlahatan pada diri, (dan) henkdaknya
engkau senantiasa membiasakan dirimu untuk mengamalkan ilmu sebagaimana engkau
membiasakan dirimu untuk berilmu, maka biasakanlah dia untuk mengamalkan ilmu
tersebut.
Seorang
ayah, seorang ibu, demikian pula anak-anak hendaknya mereka saling bahu-membahu,
saling tolong-menolong untuk berusaha mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya.
Sebagai
contoh, ketika seorang ayah menganjurkan keluarganya untuk menegakkan
qiyamullail, menganjurkan mereka untuk bangun di malam hari, sebagaimana Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wasallam- melakukan itu kepada keluarganya.
Telah
disebutkan di dalam shahih imamul bukhari -Rahimahullah- dimana Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wasallam- suatu hari bangun di malam hari lalu kemudian
beliau mengatakan :
أو قظوا
صوا حب الحجرات
“Bangunkanlah wanita-wanita yang berada di
dalam kamar-kamar tersebut (yang dimaksud adalah istri-istri beliau)”
lalu beliau mengatakan :
فرب كا سية فى الدنيا عا رية يوم القيامة
“Boleh
jadi seorang wanita itu berpakaian di dunia namun dia menjadi telanjang pada
hari kiamat”.
Lihatlah
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- menganjurkan keluarganya untuk
menegakkan shalat malam, padahal beliau memiliki 9 orang istri, beliau mendatangi
masing-masing dari istri tersebut dan mengetuk pintunya di malam hari agar
kemudian mereka bangun dan menegakkan qiyamullail.
Kata
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- :
فرب كا سية فى الدنيا عا رية يوم القيامة
“Boleh
jadi seorang wanita itu berpakaian di dunia namun dia menjadi telanjang pada
hari kiamat”
Tahukah
kamu apa yang dimaksud telanjang pada hari kiamat.? yaitu dia tidak memiliki
ketaatan di hadapan Allah -Subhanahu wata’ala-, maka makna dari hadits ini adalah
hendaknya kalian memperbanyak amalan-amalan ketaatan yang mendekatkan diri
kalian kepada Allah -Subhanahu wata’ala- terkhusus pada sepertiga malam
terakhir sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- ketika
Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir lalu kemudian Allah
mengatakan :
“siapakah
yang berdo’a kepadaku maka aku akan kabulkan, siapa yang meminta kepadaku maka
aku akan berikan, siap yang memohon ampun kepadaku maka aku akan mengampuninya”
Maka
hendaknya engkau senantiasa berusaha untuk mendidik dirimu, demikian pula
anak-anakmu untuk senantiasa beramal dengan amalan yang shaleh, demikian pula
halnya dengan berpuasa, kita berusaha menganjurkan diri kita dan keluarga kita
untuk mengamalkan ilmu dan diantara bentuk pengamalan ilmu (adalah dengan)
menganjurkan mereka berpuasa dalam setiap bulan sebagaimana Nabi -Shallallahu
‘alaihi wasallam- menganjurkan para shahabat agar mereka berpuasa.
Sesungguhnya
berpuasa itu termasuk amalan yang paling afdhal, yang paling utama, Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wasallam- tatkala beliau ditanya suatu amalan yang shaleh
yang dengannya seorang berpegang teguh dengannya, maka Nabi -Shallallahu
‘alaihi wasallam- mengatakan :
عليك باالصوم فأنه لامثيل له
“Hendaknya
engkau senantiasa berpuasa karena dengan berpuasa itu tidak ada bandingannya
dari amalan-amalan yang lain”
Maka
janganlah kita kikir terhadap diri-diri kita, senantiasa melakukan
amalan-amalan yang shaleh yang akan membersihkan diri-diri kita dan Akan
membersihkan jiwa-jiwa kita dan disamping itu kita akan mendapatkan dan meraih
pahala yang besar disisi Allah -Subhanahu wata’ala- pada yaumul qiyamah.
Maka
kami memohon kepada Allah -Subhanahu wata’ala- semoga Allah senantiasa memberikan
perlindungan kepada kita agar tidak terjatuh ke dalam AL-AMMARATU BISSU’ (jiwa yang memerintahkan pada keburukan) dan
semoga Allah -Subhanahu wata’ala- senantiasa membantu kita untuk beramal
terhadap ilmu yang telah kita miliki.
وصلى
الله وسلم على نبينا محمد واله وصحبه وسلم وجزا ك الله خيرا
Muhadharoh Syaikh Abdullah Bin Umar
Al-Mar’ie hafizhahullah
Di Ma’had Hikmatussunnah Palu Pada 12 Sya'ban 1433 H / 2 Juli 2012 M
Diterjemahkan Oleh : Al-Ustadz Abu
Karimah Askari Hafizhahullah
Ditranskrip oleh : Admin
Mamuju, 8 Ramadhan 1433 H / 27 Juli 2012
0 komentar:
Post a Comment