Wednesday, December 14, 2011

Do'a Kepada Allah Ada 2 Jenis

Doa kepada Allah terbagi menjadi 2[1]:
Jenis pertama: Doa ibadah.
Yaitu meminta pahala dengan menggunakan (baca: bertawassul) amalan-amalan saleh seperti: Pengucapan dua kalimat syahadat dan pengamalan konsekuensi keduanya, shalat, puasa, zakat, haji, menyembelih untuk Allah, dan bernazar untuk-Nya. Sebagian ibadah di atas ada yang mengandung doa dengan lisan (lisanul maqal) disertai doa dengan keadaan (lisanul hal) misalnya shalat. Barangsiapa yang mengerjakan ibadah-ibadah ini dan ibadah fi’liyah (yang berupa perbuatan) lainnya maka berarti dia telah berdoa dan meminta kepada Rabbnya -dengan keadaannya ketika itu (sedang beribadah)- agar Dia mengampuni dirinya.
Kesimpulannya, doa ibadah adalah seorang beribadah kepada Allah untuk meminta pahala-Nya dan karena takut terhadap siksaan-Nya. Jenis doa (ibadah) ini tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allah Ta’ala, dan barangsiapa yang memalingkan sedikit pun darinya kepada selain Allah maka sungguh dia telah kafir dengan kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama[2].
Jenis kedua: Doa mas`alah atau doa berupa permintaan.
Dia adalah permintaan akan sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi orang yang berdoa berupa mendapatkan manfaat dan terhindar dari mudharat, serta meminta sesuatu yang merupakan kebutuhannya. Adapun hukum doa mas`alah, maka terdapat rincian sebagai berikut:
  1. Jika doa mas`alah ini berasal dari seorang hamba dan ditujukan kepada yang semisalnya dari para makhluk sementara makhluk tersebut (yang ditujukan permintaan kepadanya, pent.) mampu memenuhi permintaannya, hidup, dan berada di dekatnya[3] maka ini bukanlah kesyirikan. Misalnya kamu berkata kepada seseorang: Berikan saya air minum, atau kamu katakan: Wahai fulan, berikan saya makanan, atau ucapan semacamnya, maka yang seperti ini tidak bermasalah. Karenanya beliau -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ اسْتَعَاذَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَقَالَ سَهْلٌ وَعُثْمَانُ وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ ثُمَّ اتَّفَقُوا وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ قَالَ مُسَدَّدٌ وَعُثْمَانُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا اللَّهَ لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barangsiapa yang meminta dengan menggunakan nama Allah maka berikanlah permintaannya, barangsiapa yang meminta perlindungan dengan nama Allah maka lindungilah dia, dan barangsiapa yang mengundang kalian maka penuhilah undangannya. Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah dia, tapi jika kalian tidak mempunyai sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah kebaikan untuknya sampai kalian menyangka kalian sudah membalas kebaikannya.” (HR. Abu Daud no. 4445 dan An-Nasai no. 2520)
Seseorang berdoa dan meminta kepada makhluk sesuatu yang tidak ada yang sanggup memenuhi permintaan itu kecuali Allah semata. Orang seperti ini telah berbuat kesyirikan dan kekafiran, baik makhluk tempat dia berdoa adalah orang yang masih hidup maupun telah meninggal, baik dia ada maupun tidak berada di dekatnya. Misalnya orang yang berdoa: Wahai tuanku, sembuhkanlah penyakitku, kembalikanlah barangku yang hilang, berikanlah kelapangan-berikanlah kelapangan, berikanlah aku anak. Ini adalah kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama.
Hubungan antara kedua jenis ibadah ini adalah: Setiap doa mas`alah adalah doa ibadah dan setiap doa ibadah maka pasti terkandung di dalamnya doa mas`alah. Hal itu karena ketika dia berdoa kepada Allah meminta sesuatu maka ketika itu dia sedang beribadah, dan inilah doa ibadah. Dan ketika seseorang sedang beribadah kepada Allah -misalnya shalat-, maka pasti di dalam hatinya dia meminta sesuatu kepada Allah dengan shalatnya. Dan permintaannya ini adalah doa mas`alah.


[1] Dan kata ‘doa’ di dalam Al-Qur`an terkadang bermakna doa ibadah, terkadang bermakna doa mas`alah, dan terkadang bermakna keduanya
[2] Lihat Fath Al-Majid hal. 180, Al-Qaul Al-Mufid ala Kitab At-Tauhid karya Al-Allamah Ibnu Al-Utsaimin (1/117), dan Fatawa Ibnu Al-Utsaimin (6/52)
[3] Ini syarat yang sangat penting dari dibolehkannya berdoa dengan doa mas`alah kepada selain Allah. Yakni selain Allah itu harus: Hidup, hadir dan mendengar permintaan kepadanya, dan dia mampu memenuhi permintaan tersebut.

Copas Dari : http://al-atsariyyah.com/doa-kepada-allah-ada-dua-jenis.html#more-3497

0 komentar:

Post a Comment

 

by blogonol