Wednesday, February 1, 2012

Nikmatnya Menuntut Ilmu Agama

Kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala atas limpahan nikmat yang Allah subhanahu wata’ala curahkan kepada kita. Tidaklah suatu nikmatpun yang kita rasakan, kecuali hal itu bersumber dari Allah subhanahu wata’ala.
Oleh karena itu, Allah subhanahu wata’ala berfirman di dalam al-Quran,
.وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, semuanya bersumber dari Allah.” (QS. an-Nahl: 53)

Dan kita harus menyadari bahwa kita itu dituntut oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mensyukuri nikmat. Sehingga, dengan hal tersebut Allah subhanahu wata’ala akan menambah nikmat tersebut dan menjadikan dia langgeng bersama kita.
Oleh karena itu Allah subhanahu wata’ala berfirman,
.وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ
“Dan ingatlah ketika Rabb engkau mengumumkan, jika kamu bersyukur maka akan Kutambah (nikmat-Ku) kepadamu. Tetapi jika engkau ingkar, maka sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7)


Dari ayat di atas, kita ketahui bahwa kunci bertambahnya nikmat adalah dengan mensyukurinya. Adapun bentuk kesyukuran kita terhadap nikmat yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada kita adalah dengan memanfaatkan nikmat tersebut dengan kebaikan. Yaitu, kita menyadari dengan hati bahwa nikmat tersebut bersumber dari Allah subhanahu wata’ala. Kemudian kita puji Allah subhanahu wata’ala dengan lisan kita. Dan kita memanfaatkan nikmat tersebut untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ketiga hal di atas adalah rukun dalam mensyukuri nikmat sebagaimana disebutkan oleh para ulama.
Oleh karena itu, janganlah kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana datang dalam riwayat Imam al-Bukhari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
نِعْمَتاَنِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِماَ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia merugi (terhalang dari mendapat kebaikan dan pahala) di dalamnya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari no. 6412)
Kebanyakan manusia itu celaka dengan dua nikmat ini, nikmat kesehatan dan waktu luang. Karena kebanyakan manusia itu lalai ketika nikmat tersebut Allah subhanahu wata’ala berikan kepada mereka.

Sehingga, apabila nikmat itu sudah dicabut oleh Allah subhanahu wata’ala, barulah manusia sadar kalau dia itu pada dasarnya berada di atas nikmat. Barulah dia sadar ketika kebaikan nikmat itu ada pada dirinya, hendaknya dia perhatikan dengan baik.

Di antara wujud kesyukuran kita kepada Allah subhanahu wata’ala adalah kita duduk menuntut ilmu, mempelajari ilmu agama.Karena hal ini adalah suatu nikmat yang sangat besar, yang andaikan kita ingin hitung, kita bandingkan dengan dunia dan segala isinya, tidak akan bisa sebanding.

Di samping itu, mempelajari ilmu agama merupakan kunci segala kebaikan. Apapun yang kita miliki dari dunia dan segala isinya, tatkala kita jauh dari pemahaman terhadap ilmu agama kita, maka sesuatu itu kadang membawa bahaya dan kesengsaraan bagi kita baik di dunia maupun di akhirat kita.

Karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, dari sahabat Mu’awiyyah bin Abi Sufyanradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Siapa saja yang Allah inginkan padanya kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia di dalam agamanya.”
Hadits yang mulia di atas diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dalam beberapa tempat pada kitab Shahih-nya (no.71, 3116, 7312) dan al-Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya (no. 1038).

Maka, kunci segala kebaikan adalah Allah subhanahu wata’ala akan pahamkan dia di dalam agamanya, bagi siapapun yang Allah subhanahu wata’ala inginkan padanya kebaikan. Terlihat di sini bentuknya adalah syarat.Adapun siapapun yang Allah subhanahu wata’ala inginkan padanya kebaikan, mencakup siapapun dia. Dan kebaikan di sinipun berbentuk umum, mencakup segala macam jenis kebaikan, apakah di dunianya, di akhiratnya, ataupundi alam kuburnya.
Menurut para ulama, hadits ini juga memiliki pemahaman kebalikan. Yaitu, siapa yang Allah subhanahu wata’alatidak inginkan padanya kebaikan, maka Allah subhanahu wata’ala tidak akan berikan pada dia pemahaman di dalam agamanya.

Karena itulah Allah subhanahu wata’ala berfirman di dalam al-Quran. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit…” (QS. al-An’am: 125)

Siapa saja yang Allah inginkan padanya hidayah, Allah subhanahu wata’ala akan berikan padanya kelapangan di dadanya terhadap Islam. Orang yang di luar Islam diberikan kelapangan untuk memeluk Islam. Dan kita, yang sudah berada di dalam Islam, akan diberikan kelapangan untuk mempelajari agama ini. Dan sebaliknya, siapa yang Allah subhanahu wata’ala inginkan padanya kesesatan, Allah subhanahu wata’ala jadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan-akan dia itu mendaki ke atas langit.

Maka hendaknya kita memperhatikan diri-diri kita. Ketika ada majelis ilmu, kita berusaha untuk mengenalnya. Karena, suatu ilmu yang kita miliki dari ilmu agama, akan membawa kebaikan bagi diri kita, di manapun kita berada. Karena, suatu ilmu yang kita ketahui, bisa menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat kita.

Seseorang yang duduk dalam suatu majelis ilmu, akan diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala berbagai keutamaan. Karena itu Rasulullah bersabda, di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah,
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya. Barangsiapa yang berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
Maka kita perhatikan, mereka berkumpul untuk membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya. Maka dengan ini, ketenangan akan turun pada mereka, mereka akan diliputi oleh rahmah dari Allah subhanahu wata’la. Dan malaikat akan menaungi mereka, serta Allah subhanahu wata’ala akan menyebut-nyebut merekadengan kebaikan. Keutamaan ini hanya sebagian dari keutamaan-keutamaan orang-orang yang duduk mempelajari ilmu agamanya.

Karena itu, ilmu agama adalah sesuatu yang tidak dapat dibandingkan dengan selainnya. Nikmat yang sangat besar. Karena itu kita lihat di dalam al-Quran, di dalam surat Thoha, Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
“… dan katakanlah (wahai Muhammad): “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thoha: 114)
Dalam surat ini, Allah subhanahu wata’ala perintahkan pada Nabi kita, untuk meminta tambahan ilmu, “rabbii zidnii ‘ilman, wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu”. Maka dari ayat ini, kata para ulama, andai saja ada nikmat yang lebih besar daripada ilmu ini, pasti Allah subhanahu wata’ala perintahkan kepada Nabi kita untuk memintanya. Tapi ternyata Allah subhanahu wata’ala tidak perintahkan, Allah hanya perintahkan kepada Nabi kita untuk meminta tambahan ilmu ini saja. Maka, hal ini menunjukkan betapa besar dan agungnya ilmu agama.
Inilah yang harus kita tanamkan di dalam jiwa. Dan seorang hamba akan diberikan kemudahan oleh Allah subhanahu wata’la jalannya menuju surga dengan jalan menuntut ilmu agama. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh suatu jalan di dalam mencari ilmu agama, maka Allah akan mudahkan dengannya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Karena itu menurut para ulama, dari hadits ini, jalan yang paling dekat dan paling mudah untuk mencapai ke surga adalah dengan jalan menuntut ilmu agama. Karena dengan ilmu agamalah kita mengetahui jalan kebaikan sehingga kita dapat menempuhnya. Dengannyalah kita mengetahui jalan kejelekan sehingga kita menghindarinya. Dengan ilmu agamalah, kita mengetahui jalan yang menghantarkan ke surga sehingga kita bisa melaksanakan jalan tersebut.Dan dengannya pula, kita mengetahui jalan yang menghantarkan ke neraka sehingga kita bisa menjauhi jalan tersebut.
Semoga Allah subhanahu wata’ala selalu memberkahi kita semua. Allahu a’lam bish showab.

(Disadur dari transkrip pembukaan kajian Riyadhush Shalihin, Ustadz Abu Abdirrahman Musaddad, Masjid BTN PEMDA, Pasangkayu, 23 Desember 2010).

0 komentar:

Post a Comment

 

by blogonol