Siapa
yang Allah kehendaki baginya hidayah karena kemurahan dan kasing
sayang-Nya, maka tidak akan ada yang bisa menyesatkannya. Sebaliknya,
siapa yang Allah sesatkan karena hikmah dan keadilan-Nya, maka tidak ada
seorang pun yang bisa menunjukinya. Hidayah taufik memang di tangan-Nya
semata. Siapa yang sangka, seorang yang berdampingan dengan orang yang
paling mulia, tetapi Allah halangi dari nikmat hidayah ini. Siapa yang
kira, orang yang hidup bersama orang yang paling kafir sedunia sepanjang
masa , Allah berkehendak untuk membuka hatinya, mengambil lentera
hidayah dalam pekat gulita kesombongan dan keangkuhan manusia, kemudian
berpendar terang menyinari relung hatinya. Laa haula walaa quwwata illa billah.
Allah berfirman,
“Allah menjadikan istri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan
bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang
hamba yang shaleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua istri itu
berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada
dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang
masuk (jahannam)”. dan Allah menjadikan istri Fir’aun perumpamaan bagi
orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah
untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari
Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” [Q.S. At Tahriim:10,11].
Ibnu katsir Rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya, bahwa maksud khianat dalam
ayat di atas adalah memeluk agama selain agama suaminya. Demikian
tafsir dari Ibnu Abbas dan ulama setelahnya seperti Ikrimah, Said bin
Jubair, Ad Dhahak dan yang lainnya. Dalam ayat ini Allah tegaskan bahwa
kemuliaan orang terdekat tidak akan bermanfaat apabila tidak dibarengi
dengan keimanan.
Pada ayat yang kedua, Allah ingatkan bahwa ikatan dengan orang kafir
tidak mampu menghalangi hidayah taufik bagi seseorang apabila Allah
menghendakinya. Istri Firaun ini adalah Asiyah binti Muzahim, ia memilih
keimanan daripada kekafiran, memilih siksa dunia daripada siksa
akhirat, meninggalkan nikmat dunia untuk mendapatkan nikmat akhirat yang
lebih baik dan kekal abadi. Ia disiksa dibawah terik matahari,
disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, bahwa ia dibunuh dengan ditimpa
batu. Kemulian pun ia dapatkan,
Rasulullah ` bersabda, “banyak
kalangan laki-laki yang mencapai kesempurnaan, adapun dari kalangan
wanita, tidaklah mencapai kesempunaan kecuali Asiyah istri Fir’aun dan
Maryam binti Imran.” [H.R Al Bukhari dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari z].
Ibnul Qayyim v menjelaskan dalam I’lamul Muwaqi’in
bahwa dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada kita dengan memberikan
permisalan orang kafir dan orang mukmin. Pelajaran dalam permisalan
orang kafir adalah seorang yang tidak beriman akan diazab karena
kekafiran dan permusuhannya kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin.
Dengan kekafiran ini, tidak akan bermanfaat hubungan apapun dengan
mukmin yang lain, baik hubungan darah, nasab, pernikahan atau yang
lainnya. Karena seluruh hubungan akan terputus pada hari kiamat selain
hubungan yang terjalin karena Allah semata melalui perantara para
rasul-Nya. Seandainya tali kekeluargaan dan pernikahan bermanfaat tanpa
adanya keimanan, tentu hubungan ini akan bermanfaat pada istri Nabi Nuh
dan Nabi Luth.
Maka ayat ini memupus harapan orang yang menginginkan manfaat dari
hubungan dekatnya dengan orang shalih, namun dia bermaksiat kepada
Allah. Walaupun dahulunya di dunia memiliki hubungan yang sangat erat.
Tidak ada hubungan yang lebih dekat dari pada anak, orang tua dan suami
istri. Sementara Nabi Nuh tidak bisa berbuat banyak terhadap anaknya
yang kafir, Nabi Ibrahim tidak mampu menyelamatkan bapaknya yang
musyrik, Nabi Nuh dan Nabi Luth tidak dapat menolong istri mereka dari
azab Allah sedikit pun ketika mereka berkhianat.
Allah berfirman,
“Karib Kerabat dan anak-anak kalian sekali-sekali tiada
bermanfaat bagi kalian pada hari kiamat. Dia akan memisahkan antara
kalian. dan Allah Maha melihat apa yang kalian kerjakan.” [Q.S. Al Mumtahanah:3]. Ayat yang semakna sangat banyak dalam Al Quran.
Adapun pelajaran yang terkandung dalam permisalan bagi mukmin adalah
istri Fir’aun Asiyah binti Muzahim. Bahwa hubungan antara seorang mukmin
dengan kafir tidak akan memadharatinya sedikitpun apabila menyelisihi
si kafir tersebut dalam kekafiran dan amalan-amalannya. Kemaksiatan
orang lain tidak berpengaruh bagi seorang mukmin di akhirat sedikitpun.
Walaupun kadang di dunia ikut merasakan azab ketika manusia berpaling
dari seruan Allah dan Rasul-Nya yang azab tersebut datang menyeluruh
menimpa manusia. Allahu a’lam. [farhan].
0 komentar:
Post a Comment