Tuesday, March 15, 2011

INILAH KEYAKINANULAMA AHLI HADITS

I’tiqod ahli hadits ialah yang diyakini oleh salaf umat ini yakni menetapkan apa yang ditetapkan Allah تعالى untuk diri-Nya dari nama dan sifat sifat-Nya tanpa penyerupaan (kepada makhluk) dan penidaan. Dan memahami nash-nash menurut teks-nya sesuai dengan yang Allah تعالى kehendaki tanpa melakukan tahrif, ta’thil, takyif, dan tamtsil.


Berkata Abu Muhammad Abdurrohman bin Abu Hatim : “Aku bertanya kepada ayahku dan Abu-Zur’ah tentang mazhab ahli-sunnah, dan apa yang didapati keduanya dari para ulama disegenap penjuru negeri : hijaz, Iraq, mesir, syam dan yaman?



Mazhab mereka adalah:

1. Meyakini bahwa iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.
2. Meyakini bahwa Al-Qur’an itu adalah Kallamulloh, bukan makhluk dari segla sisinya.
3. Meyakini bahwa taqdir baik dan buruk adalah dari Allah تعالى.
4. Mengimani bahwa sebaik-baik umat setelah Nabi صلى الله عليه وسلم adalah Abu Bakar Ash-shidiq, kemudian Umar bin Khaththab, kemudian Utsman bin Affan, kemudian Ali bin Abi Thalib, mereka adalah khulafa’ ar-rasyidin yang mendapat petunjuk.
5. Meyakini bahwa sepuluh orang sahabat yang telah disebut namanya oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم pasti masuk surga sesuai dengan persaksian Rosululloh صلى الله عليه وسلم.
6. Mendo’akan rahmat kebaikan untuk semua sahabat Muhammad صلى الله عليه وسلم, dan ahli ba’it Beliau صلى الله عليه وسلم serta menahan diri dari apa yang mereka perselisihkan.
7. Meyakini bahwa Allah تعالى berada diatas ‘arsy-Nya, berada tinggi diatas makhluk-Nya, sebagaimana yang Allah تعالى telah sifatkan untuk diri-Nya didalam kitab-Nya dan melalui lisan Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم, tanpa mempertanyakan tentang kaifiyah, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Allah تعالى berfirman:
“Tidak ada sesuatu-pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Asy-Syura: 11)
8. Bahwa Allah تعالى akan dilihat pada hari kiamat, dan dilihat oleh ahli surga dengan mata kepala mereka, dan mereka mendengarkan pembicaraan-Nya, sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
9. Meyakini bahwa surga dan neraka itu benar adanya, keduanya telah diciptakan, tidak akan sirna selama-lamanya, dan surga itu adalah balasan untuk para wali-Nya, sedangkan neraka itu ancaman dan siksaan untuk orang-orang yang bermaksiat, kecuali orang yang dirahmati.
10. Meyakini bahwa ash-shiroth itu benar, dan al-mizan itu benar dan memiliki dua anak timbangan, dengannya ditimbang amalan-amalan para hamba, baik dan buruknya, dan al-haudh yang Nabi صلى الله عليه وسلم kita dimuliakan dengan-nya adalah benar.
11. Mengimani bahwa syafa’at itu benar adanya, dan manusia dari kalangan ahli tauhid akan dikeluarkan dari neraka dengan syafa’at tersebut.
12. Bahwa azab kubur dan dua malaikat, Munkar dan Nankir adalah haq.
13. Bahwa malaikat yang mencatat amal perbuatan hamba itu adalah haq.
14. Adapun orang orang yang berdosa besar berada dibawah kehendak Allah تعالى.
15. Kita tidak mengkafirkan ahli kiblat (kaum muslimin) dengan dosa-dosa mereka, dan menyerahkan urusan batin mereka kepada Allah تعالى.
16. Kita menegakkan jihad dan ibadah haji bersama para imam kaum muslimin disetiap masa.
17. Kita tidak berpandangan bolehnya memberontak kepada para pemimpin kaum muslimin, dan tidak turut serta berperang didalam fitnah.
18. Kita menaati waliyyul amri dan tidak mencabut ketaatan darinya.
19. Kita mengikuti sunnah dan jama’ah serta menjauhi penyimpangan, penyelisihan dan perpecahan.
20. Jihad tetap berlaku semenjak Allah تعالى mengutus Nabi-Nya صلى الله عليه وسلم sampai tegak hari kiamat, bersama pemerintah dari kalangan imam kaum muslimin, tidak gugur kewajiban itu dengan sesuatu-pun. Demikian pula pelaksanaan ibadah haji.
21. Pembayaran sedekah/zakat dari binatang ternak diserahkan kepada waliyyul amr dari kalangan pemimpin kaum muslimin.
22. Kaum muslimin dipercaya dalam masalah hokum dan waris, sementara kita tidak tahu bagaimana kedudukan mereka disisi Allah تعالى.
23. Barangsiapa mengatakan: bahwasanya dia seorang mukmin yang sebenarnya, maka orang yang mengatakannya adalah mubtadi’.
24. Barangsiapa mengatakan: dia seorang mukmin disisi Allah تعالى, maka dia termasuk salah satu dari para pendusta.
25. Barangsiapa mengatakan: sesungguhnya aku adalah orang yang beriman kepada Allah تعالى, maka dia benar dengan perkataan-nya.
26. Murji’ah adalah ahli bid’ah yang sesat.
27. Demikian Qodariyah adalah ahli bid’ah yang sesat.
28. Siapa mengingkari bahwa Allah تعالى mengetahui sesuatu sebelum terjadinya, maka orang tersebut kafir.
29. Jahmiyyah adalah kuffar.
30. Ar-Rafidhah (syi’ah) adalah orang orang yang menolak Islam.
31. Sedangkan khawarij adalah orang orang yang telah keluar dari Al-Islam.
32. Barangsiapa menganggap bahwa Al-Qur’an adalah makhluk maka dia telah kafir dengan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Barangsiapa meragukan kekufurannya sedangkan dia memahami, maka dia juga kafir.
33. Barangsiapa meragukan (bahwa Al-Qur’an adalah) Kallamulloh atau bimbang dengan apa yang ada dalam Kalam Allah تعالى, seperti mengatakan: Aku tidak tahu, apakah Al-Qur’an itu makhluk atau bukan, maka dia seorang jahmiyah.
34. Dan barangsiapa bersikap tawwaquf (tidak mengambil sikap / pendapat) tentang Al-Qur’an dalam keadaan jahil maka orang yang seperti ini dinasehati dan dibid’ahkan, akan tetapi tidak dikafirkan.
35. Barangsiapa mengatakan: bahwa lafazh-ku dengan Al-Qur’an adalah makhluk, atau Al-Qur’an dengan lafazhku ini makhluk, maka dia seorang jahmi. (Atsar shahih. Diriwayatkan Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam As-Sunnah (321), Al-Athar dalam Dzikrul I’tiqod (91) dengan sanad shahih.

Syaikh Abu Abdurrohman berkata: Ini aqidah yang disepakati para ulama ahli hadits sejak dulu hingga kini dan telah jelas sekali, Wal Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin.

Barangsiapa mengingingkan tambahan penjelasan tentang aqidah ahli hadits hendaklah merujuk kitab Syarhus Sunnah Al-Baghowi (1/187), Khalqu Af’alil Ibad Al-Bukhari (120), Dzikrul I’tiqod Al-Athar(66), Al-Ulluw Adz-Dzahabi (19), Asy-Syari’ah Al-Ajurri (292), At-Tauhid Ibnu Mandah (22), At-Tauhid Ibnu khuzaimah (144), Ar-Raddu ‘alal Jahmiyah Ad-Darimi (72), Al Arsy Ibnu Abi Syaibah (9), Al-I’tiqod Al-Lalika’I (6), Aqidah Salaf Ash-Habul Hadits Ash-Shabuni (3), I’tiqod Ai’mmatul Hadits Al-Ismaili (49), dan Makanatu Ahlil Hadits Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali (22).

Pembahasan ini disarikan dari kitab Al-Azhar Al-Mantsuroh fi Tabyini Anna Ahlal Hadits Hum Al-Firqotu An-Najiyah wath-Thoifah Al-Manshuroh, penulis Abu Abdurohman al-Atsari.

0 komentar:

Post a Comment

 

by blogonol