Telah
merupakan hal yang dimaklumi dari kaidah agama kita bahwa syari’at
Islam ini datang untuk mewujudkan segala mashlahat atau
menyempurnakannya, menghilangkan segala madharat atau menguranginya. Hal
ini adalah karakteristik Islam yang sangat agung dan penuh dengan
keistimewaan.
Anjuran
untuk berbuat perbaikan dan larangan dari berbuat kerusakan di muka
bumi telah ditekankan dalam berbagai ayat, di antaranya adalah
firman-Nya,
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al-A’râf : 56)
“Dan janganlah kalian mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS. Asy-Syu’arô` : 151-152)
Menyeru manusia kepada prinsip ini adalah salah satu tugas para nabi dan rasul. Nabi Sholih ‘alaihissalâm menyeru kaumnya,
“Dan
ingatlah olehmu di waktu Dia menjadikan kalian pengganti-pengganti (yang
berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagi kalian di bumi.
Kalian dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kalian
pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah
nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian merajalela di muka bumi membuat
kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 74)
Dan Nabi Syu’aib ‘alaihissalâm berkata kepada kaumnya,
“Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Rabb bagi kalian selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Rabb
kalian. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kalian
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan
janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi sesudah diperbaikinya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang
yang beriman”.” (QS. Al-A’râf : 85)
Dan Nabi Musa ‘alaihissalâm berpesan kepada saudaranya Nabi Harun ‘alaihissalâm,
“Gantikanlah
aku dalam (memimpin) kaumku, dan buatlah perbaikan, dan janganlah kamu
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 142)
Dan orang-orang sholih di masa Nabi Musa mengingatkan Qârûn,
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 77)
Dan
syari’at kita telah menerangkan bahwa berbuat kerusakan adalah akhlak
orang-orang Yahudi, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,
“Dan mereka (orang-orang Yahudi) berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-Mâ`idah : 64)
Dan hal tersebut juga merupakan akhlak orang-orang munafiqîn,
“Dan bila
dikatakan kepada mereka (orang-orang munafiqîn), Janganlah kalian
membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab, “Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah : 11-12)
Syari’at
Islam benar-benar mengutuk dan sangat mencela perbuatan kerusakan di
muka bumi, sehingga dijelaskanlah dalam ajarannya berbagai jenis
perbuatan kerusakan yang berseberangan dengan nilai-nilai Islam yang
mulia nan luhur. Diantara bentuk kerusakan itu adalah menumpahkan darah
yang terjaga dan terlindungi -dari kalangan muslimin maupun kafir yang
haram untuk dibunuh[1]-,
“Oleh karena
itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Mâ`idah : 32)
“Sesungguhnya
Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka,
menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 4)
Di antara perbuatan kerusakan ialah mencuri harta manusia, baik milik pribadi maupun milik umum,
“Saudara-saudara
Yusuf menjawab, “Demi Allah sesungguhnya kalian mengetahui bahwa kami
datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah
para pencuri”.” (QS. Yûsuf :73)
Menghalangi manusia ke jalan Allah termasuk perbuatan kerusakan di muka bumi,
“Dan
janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan
menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan
agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya
kalian berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kalian. Dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 86)
Menyimpang dari kebenaran setelah mengetahuinya dan mengikuti hawa nafsu juga termasuk perbuatan kerusakan,
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Âli Imrân : 63)
“Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan
bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah
mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling
dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminûn : 71)
Dan ingatlah bahwa Allah Al-‘Azîz Al-Jabbâr telah menegaskan berbagai ancaman bagi siapa yang berbuat kerusakan di muka bumi,
“Sesungguhnya
pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan
membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib,
atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bersilang, atau dibuang dari
negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu
penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka akan beroleh
siksaan yang besar.” (QS. Al-Mâ`idah : 33)
“Orang-orang
yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan
apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan
kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi
mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (QS. Ar-Ra’d : 25)
“Dan di
antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya,
padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan
apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan
Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan
kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam.
Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al-Baqarah : 204-206)
“Orang-orang
yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan
kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat
kerusakan.” (QS. An-Nahl : 88)
Kemudian ketahuilah, bahwa sebab munculnya kerusakan di muka bumi adalah karena perbuatan tangan manusia sendiri,
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rûm : 41)
Dan berpaling dari perintah Allah juga merupakan sebab munculnya kerusakan di tengah manusia,
“Adapun
orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian
yang lain. Jika kalian (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang
telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka
bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfâl : 73)
Dan
sebaliknya, mengadakan perbaikan dan kemashlahatan di suatu negeri
adalah salah sebab tertolaknya bencana dan azab dari negeri tersebut,
“Dan
Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri karena
kezholiman (yang mereka lakukan), sedang penduduknya orang-orang yang
mengadakan kemashlahatan (perbaikan).” (QS. Hûd : 117)
Dan
ketahuilah, bahwa tiada keselamatan bagi segenap hamba kecuali dengan
memerangi segala bentuk perbuatan kerusakan, baik itu kerusakan pada
keyakinan, kerusakan pemikiran, kerusakan aksi dan tindakan, dan
sebagainya. Allah ‘Azzat Hikmatuhu menegaskan,
“Maka
mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang
mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di
muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah
Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya
mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka
adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Hûd : 116)
Dan Allah berfirman,
“Negeri
akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan
kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash : 83)
Dan untuk kaum muslimin di zaman ini, kami ingatkan dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla,
“Dan berkata
Fir`aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa
dan hendaklah ia memohon kepada Rabb-nya, karena sesungguhnya aku
khawatir dia akan menukar agama kalian atau menimbulkan kerusakan di
muka bumi.” (QS. Ghôfir : 26)
Perhatikan
ayat ini dan cermatilah kandungannya secara mendalam, niscaya engkau
akan mendapatkan dua pelajaran yang sangat berharga dan amat dibutuhkan
di zaman ini. Dua pelajaran tersebut ialah :
Satu :
Mengetahui bagaimana Fir’aun menampilkan dirinya sebagai orang yang
anti kerusakan dan memberantas para pelaku kerusakan, padahal Fir’aun
sendirilah yang banyak berbuat kerusakan di muka bumi sebagaimana yang
telah dimaklumi. Tujuan Fir’aun menampilkan dirinya sedemikian rupa,
tentunya telah diketahui, yaitu agar para pengikutnya tetap
mempercayainya dan setia kepadanya. Maka jangan heran melihat tingkah
Amerika, Australia dan semisalnya yang mengatakan, “Kami memerangi
terorisme”, “Kami melindungi dunia dari ancaman terorisme”, padahal
mereka sendiri adalah para teroris kelas kakap dan para pembunuh
berdarah dingin dengan memakai sejuta slogan yang memukau lagi menipu
guna meraih kepentingan-kepentingan bejat mereka. Jangan heran, itu
adalah gaya klasik dan lagu lama yang mereka warisi dari nenek moyong
mereka; Fir’aun dan sejenisnya.
Dua : Perhatikan bagaimana Fir’aun menuduh Nabi Musa ‘alaihissalâm
sebagai orang yang menimbulkan kerusakan di muka bumi. Dan ini adalah
pelajaran lain bagi kita umat Islam bahwa musuh-musuh agama dari masa
dahulu senantiasa mensifatkan orang-orang yang berjalan di atas
kebenaran dan istiqomah sesuai dengan tuntunan syari’at sebagai
para pembuat kerusakan. Sungguh sangat menyedihkan, karena propaganda
musuh-musuh agama sehingga sebagian kaum muslimin tega untuk melecehkan
saudaranya yang tekun beribadah sesuai dengan tuntunan Islam yang benar.
Dan sangat menyayat hati, karena ulah sebagian orang yang tidak faham
hakikat dan tuntunan agama, sehingga kaum muslimin lainnya di berbagai
penjuru dunia harus menjadi korban aksi-aksi mereka yang brutal dan
tidak bertanggung jawab. Hendaknya seorang muslim –khususnya di masa
fitnah- tidak terlalu bergampagan menjatuhkan vonis atau mendiskreditkan
muslim yang lainnya kecuali kalau telah nampak secara jelas
kesalahannya menurut timbangan Al-Qur`ân dan As-Sunnah. Dan juga tidak
pantas seorang muslim terlalu cepat termakan oleh isu-isu yang
berkembang dan pemberitaan media massa yang belum tentu bisa
dipertanggung-jawabkan, apalagi kalau hal tersebut datangnya dari
musuh-musuh Islam,
“Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya
mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada
bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka
mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan.” (QS. Al-An’âm : 112-113)
Wallâhul Musta’ân.
0 komentar:
Post a Comment