Saturday, April 28, 2012

Rekomendasi para Ulama Besar atas Syaikh Fauzi Al Atsari (I)

Berikut rekomendasi para Ulama Besar dunia, sebagai atas asy Syaikh Abu Abdirahman Fauzi Al Atsari dari negara Bahrain. Ini merupakan dasar dan bukti untuk menunjukkan bahwa beliau adalah Ulama’ yang istiqomah hingga saat ini. Insya Allah.

1. Rekomendasi Al Faqih, Al Mufassir, Al ‘Allamah Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin – rahimahullah- “Alhamdulillah wa ba’du sesungguhnya Al Akh Fauzy bin Abdillah adalah diantara para pelajar yang bersungguh-sungguh, ia memiliki karya ilmiah yang sangat bagus dalm mentakhrij beberapa hadist, ia juga sering menghadiri pelajaran kami di Jamiah Kabir di Unaizah”.
Ditulis oleh:
Muhammad Bin Sholeh Al Utsaimin
1 Muharram 1414 H

2. Rekomendasi Fadilatus Syaikh Alallamah Sholeh Bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah (Majelis Kibarul Ulama dan sebagai Badan Komisi Tetap untuk Fatwa Kerajaan Saudi Arabia)

(Pada bagian PENDAHULUAN yang beliau tulis dalam kitabnya Syaikh Fauzi yang berjudul “Al-ward al-maqtuf fi wujub tho’at wulat amr al-Muslimin bi-al-ma’ruf”, Maktabah Ahl al-Hadits, 2000, red) sebagai berikut: Alhamdulillahirabbil’alamin washolatu wassalamu ‘ala nabiyyina Muhammad khotamin nabiyyin wa’ala alihi waashabihi wamantabi’ahum biihsaanin ila yaumiddin.

Waba’du, aku telah membaca kitab yang berjudul “Alwabdil Maqtub Fi Wujubi Tho’ati Wulati Amril Muslimin bil am’rif” aku mendapatinya sebagai sebagai kitab yang sangat bagus dikuatkan dengan dalil-dalil dari kitab dan sunnah serta ucapan para ‘aimmah disetiap bab dan masa’ilnya, amat sangat diharapkan kitab-kitab yang sepertinya apalagi dijaman ini yang kebodohan dan para pengikut hawa kian menyebar serta banyaknya perkataan tentang Allah dan RasulNya tanpa ilmu dan petunjuk.

Sesungguhnya kaum muslimin membutuhkan kepada apa yang akan menyatukan kalimatnya dan menolak makar musuh-musuhnya yang senantiasa menginginkan perpecahan dan menyalakan api fitnah antara mereka. Menerangkan al haq dan menolak yang batil dijaman ini dan setiap jaman adalah kewjiban dan kepentingan yang paling urgen, maka semoga Allah membalas kebaikan kepada penulis kitab ini Syaikh Abu Abdirrahman Fauzi Al Atsary atas apa yang telah dilakukannya, semoga menjadikan manfaat bagi kaum Muslimin dengan kitabnya ini dan kitab-kitab lainnya. Washallahu ala nabiyyina Muhammad wa ala alihi wasshabihi.

3. Rekomendasi Pembawa bendera “Al Jarh wa Ta’dil”, Fadhilatus Syaikh Al ‘Allamah Doktor Rabi` bin Hadi Al Madkhaly – hafidzahullah- (staf Lembaga Pengajar di Jami’ah Islamiyyah Kerajaan Saudi Arabia)
Beliau ditanya dari Irlandia : “Apakah anda menasehatkan untuk mendengar ‘ilmu dari syaikh Fauzy Al Atsary, sehubungan dengan adanya sebagian orang yang mengatakan bahwa dia ( Syaikh Fauzi ) mempunyai sikap berlebihan dan keras?”

Beliau Menjawab : “Siapa yang mengkritiknya?!! , Fauzy Al Atsary, ats tsariyyun insya Allah. Fauzy Al Atsary seorang yang baik, da’i ilallah diatas manhaj salafy dan termasuk orang-orang yang membelanya, wal hamdulillah. Ia mempunyai kesungguhan di negerinya dan di negeri-negeri lainnya. Dan orang yang mengatakan perkataan seperti ini ( berlebihan dan keras) maka telah salah.”

“Apa pendapat anda tentang Syaikh Fauzy Al Atsary, apakah boleh diambil ‘ilmunya? ”

Beliau menjawab :
“As Syaikh Fauzy Al Atsary salafy!, tak ada perkara yang meragukan akan kesalafiyahannya, dan aku perintahkan penduduk Bahrain seluruhnya agar hadir di majlisnya syaikh Fauzy.”
(Beliau juga pernah di tanya pada 8 Jumadit tsani 1424 H, di kediamannya Makkah Al Mukarromah.)
Di kesempatan lainnya beliau ditanya mengenai syaikh Fauzy al Atsary.
Beliau menjawab : “Fauzy Al Atsary, yang aku tahu ia seorang salafy, mencintai sunnah, ia dari kalangan salafiyyin wal hamdulillah. Fauzy seorang salafy.”

4. Rekomendasi Fadhilatus syaikh Al ‘Allamah, Al Muhaddits, Ahmad bin Yahya An Najmy -hafidzahullah- ( sebelumnya sebagai staf pengajar di Ma’had Al ‘Ilmi di Shomithah Kerajaan Saudi Arabia ) , juga seorang murid dari Al Imam Al ‘Allamah Abdulloh Al Qor’awy -rahimahullah- .

Beliau ditanya pada pertemuan yang diadakan tepatnya tanggal 10 Jumadil Ula 1424 H.
“Apa pendapat anda mengenai syaikh Fauzy Al Atsary, apakah boleh diambil ‘ilmunya?”

Beliau menjawab : “Fauzy Al Atsary, tulisan-tulisannya menunjukkan ia seorang salafy, begitu juga informasi-informasi yang sampai pada kami dari beberapa ikhwah terpercaya menunjukkan bahwa ia seorang salafy, ia salafy insya Allah. Kita tidak mengatakan kalau ia tidak pernah salah, setiap kita bisa salah dan bisa benar. ”
[Perhatikanlah wahai saudaraku -para pembaca-, perkataan syaikh bahwa beliau (syaikh Fauzy) adalah salafy dan inilah yang mu'tabar, karena muncul dari pernyataan-pernyataan para ulama, seolah-olah membantah para hizbiyyun yang menisbatkan diri mereka kepada 'ilmu. Orang yang mengaku dirinya salafy tentu tidak akan menyelisihi manhaj salafush sholeh dan tidak mengemis untuk minta direkomendasi dari sisi para ulama bahwa ia salafy. Tidaklah seseorang dianggap salafy meskipun menamakan dirinya salafy dan menisbatkan dirinya pada da'wah salafiyah bila nyata-nyata menyelisihi manhaj salaf, tidaklah akan dianggap semua omongan-omongannya meskipun ia menuliskan di koran-koran bahwa dirinya salafy tidaklah dianggap semuanya itu hingga dinyatakan (salafy) oleh para ahlul 'ilmi yang terpercaya keilmuannya]

5. Rekomendasi Fadhilatus syaikh Al ‘Allamah Al Faqih Zaid bin Muhammad Al Madkhali -hafidzahullah- ( pengajar di Ma’had Al ‘Ilmi di Shomithah Kerajaan Saudi Arabia) beliau juga salah seorang murid dari Al Imam Al’Allamah Al Hafidz Al Hakami -rahimahullah-

Beliau ditanya pada salah satu pertemuan yang diadakan tepatnya pada 15 Jumadil Ula 1424 H.
“Bagaimana pendapat anda mengenai syaikh Fauzy Al Atsary dari sisi manhaj, Aqidah dan ‘Ilmu? Apakah anda menasehatkan para pemuda Bahrain untuk hadir di majlisnya?”

Beliau menjawab: “Pertama-tama aku belum pernah bertemu dengannya, tetapi aku mendengar kebaikan tentangnya karena ia salah seorang da’i ilallah diatas manhaj salaf, ia memiliki tulisan-tulisan dan peranan dalam manhaj salaf. Oleh karena itu kami nasehatkan pada para pemuda tholabatul’ilmi agar mengambil ilmu darinya. Terkadang para tholabul ‘ilmi menjumpai hal yang menyulitkan dari orang yang diambil ‘ilmunya maka jika mendapatkan sesuatu yang menyulitkannya dan belum terang cara penyelesaiannya/ jalan keluarnya dari syaikh, atau melihat suatu tindakan yang menurut pendapatnya ada penyimpangan, hendaklah ia menyampaikan hal itu pada para ulama yang mapan dalam ilmu dan mendengarkan jawabannya, bisa jadi sesuai dengan apa yang ada pada syaikh atau juga menyelisihinya. Maka ambil yang Haq apakah itu pada Al Akh Fauzy atau pada orang yang kalian tanyai dari kalangan Ahlul ‘ilmi yang terpercaya keilmuannya para a`immah Al mujtahidin yang berjalan di atas manhaj salaf , yang terpenting adalah yang benar. Manusia terkadang salah dan terjerumus ke dalam kesalahan dan seorang yang salah tidak boleh diikuti kesalahan-kesalahannya, tidak Zaid, tidak si fulan dan tidak pula Fauzy dan seterusnya. Biarkanlah masalah-masalah yang menyulitkan itu diredam/disimpan dan hanya diangkat kepada para ulama, minta diterangkan dan minta jalan keluarnya dengan dalil-dalil kitab dan sunnah serta faham salaf.

Beliau ditanya: “Para hizbiyyun mereka mengingkari syaikh Fauzy Al Atsary karena beliau membantah ahlil bid’ah dan hizbiyyah. Mereka menganggap hal ini termasuk ghibah, mereka tidak membedakan mana ghibah yang diharamkan dan mana ghibah yang diperbolehkan?”

Beliau menjawab: “Yang mengadakan pengingkaran terhadap orang yang membantah ahli bid’ah kebid’ahan dan kesesatannya, membela sunnah dan menghancurkan kebid’ahan serta menjelaskannya pada manusia, maka ia seorang yang sesat! Tidak mengenal manhaj salaf dalam hal kebenciannya terhadap ahlil bid’ah dan sikapnya yang jelas terhadap mereka, ketika ahlil bid’ah terus-menerus di dalam kebid’ahannya mereka membantahnya dengan tulisan-tulisan, atau memperingatkannya diatas mimbar-mimbar. Namun bukanlah Al Akh Fauzy saja yang membantah ahlil bid’ah seperti yang kau sebutkan, tetapi juga para ulama yang berjalan diatas manhaj salaf dari sejak masa sahabat hingga gari ini dan hingga waktu yang Allah kehendaki.
Beliau ditanya: “Apakah dibedakan antara kesalahan yang diperbuat oleh orang yang berpegang teguh dengan sunnah dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang senantiasa berbuat bid’ah?”

Beliau menjawab : “Tidak!. Orang yang berpegang dengan sunnah jika salah tidak boleh dibiarkan diatas kesalahannya, tetapi dijelaskan/diterangkan kesalahan itu padanya. Tidak boleh ia diperlakukan seperti halnya perlakuan terhadap ahlil bid’ah, ia diperlakukan sebagaimana mestinya terhadap ahlussunnah. Dengan cara berdiskusi diantara mereka agar rujuk (kembali dari kesalahannya). Orang yang berpegang dengan sunnah adalah orang yang cinta kepada petunjuk, jika nampak baginya dalil ia segera kembali dari ucapannya lalu mengumumkan kepada manusia bahwa saya telah salah dan menunjukkan apa yang telah ditulisnya/diucapkannya. Adapun ahlul bid’ah ia harus dibantah buku-bukunya, kaset-kasetnya serta perkumpulan-perkumpulannya bahkan jika diperlukan untuk disebutkan nama-namanya, maka hendaklah disebutkan dan tidak mengapa ! dengan maksud nasehat untuk muslimin.
Demikian rekomendasi ini. Allahu a’lam.

(Sumber asli http://www.geocities.com/mohammed_athary/Tazkeyah.html, al Akh Muhammad al Atsari, pengelola Tasjilat Al Atsari dari Inggris. Diterjemahkan setelah direkam ke kaset oleh Ustadz Abu Hamzah Yusuf, murid Syaikh Muqbil Bin Haadi rahimahullah dari Bandung.)

0 komentar:

Post a Comment

 

by blogonol