Sunday, July 29, 2012

Sebab Yang Dapat Menjaga & Mengokohkan Agama Seorang Muslim (Bag. 2)

  3. Termasuk diantara yang akan membantu seorang muslim agar dia senantiasa kokoh di atas agamanya dan berpegang teguh dengannya di tengah-tengah banyaknya fitnah yang terjadi, setelah ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan setelah mutaba’ah / mengikuti sunnah Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah bersungguh-sungguh dan memiliki cita-cita yang tinggi dalam menuntut ilmu syar’I, ilmu yang bermanfaat dan berusaha untuk mendapatkannya.

Telah ditanya Al-Imam Al-Bukhari -Rahimahullahu ta’ala- ketika ada yang berkata atau yang bertanya kepada beliau :

يا امام, هل من دواء فيطلب فيكون فى حفظ العلم ؟ فقال : لم أجد مثل مدا ومة النظر وهمة طالب العلم                                     
wahai imam, apakah ada resep yang dengannya seseorang mampu untuk memelihara ilmu.? Lalu Al-Imamul Bukhari -Rahimahullah-  menjawab, saya tidak mendapatkan satu resep untuk memelihara ilmu kecuali dengan cara terus melihat kepada kitab-kitab ilmu dan terus-menerus menela’ah kitab-kitab ilmu tersebut dan semangat dalam menuntut ilmu”.

Dengan semangat dalam menuntut ilmu, maka engkau akan bisa membedakan antara sebuah keluarga yang memiliki semangat yang tinggi untuk mendapatkan ilmu syar’i.

Ketika seorang ayah, demikian pula seorang ibu dan demikian pula anak-anak yang lainnya mereka semua menyibukkan dirinya untuk menuntut ilmu, mempelajari ilmu syar’I ini sementara keluarga yang lainnya semangatnya lemah, ayahnya sibuk sementara ibunya bermalas-malasan dalam menuntut ilmu ditambah lagi anak-anaknya yang lalai yang tidak punya tugas dalam menuntut ilmu maka engkau akan mendapatkan perbedaan yang sangat jauh diantara keluarga tersebut.
Oleh karena itu dikatakan :

من جد وجد ومن زرع حصد                             

“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan meraih apa yang diinginkannya, dan barangsiapa yang bercocok tanam maka dia akan memetik pula hasilnya”.

Adapun seseorang yang dia menelantarkan hari-harinya yang berlalu dengan berbagai kesibukan-kesibukan yang lainnya dan melalaikan dirinya dari menuntut ilmu, maka orang yang seperti ini tidak akan menghasilkan ilmu yang banyak, namun sebuah keluarga yang apabila tinggi semangat mereka dalam menuntut ilmu, seorang ayah semangat dalam menuntut ilmu maka dia senantiasa akan mendengarkan ilmu dan menulisnya lalu kemudian dia menghafal ilmu tersebut dan dia berusaha untuk mengajarkan anak-anaknya ilmu yang telah diketahuinya, demikian pula seorang ibu, dia berusaha untuk menghafal, mendengarkan ilmu dan menulisnya lalu kemudian berusaha untuk mengumpulkan anak-anaknya dan mengulang-ulangi ilmu tersebut bersama mereka dan terus mengontrol mereka maka ini adalah merupakan semangat yang tinggi yang akan memiliki atau akan memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan mereka di masa yang akan datang.

Seorang ayah, apabila dia bersabar dengan itu (yakni semangat dalam menuntut ilmu), dia menghafalkan Al-Qur’anul karim maka Allah -Subhanahu wata’ala- member manfaat dengannya, demikian pula seorang ibu dan anak-anaknya, mereka akan menjadi penyejuk hati dalam sebuah keluarga sehingga dengannya Allah -Subhanahu wata’ala- memberikan manfaat kepada diri-diri mereka demikian pula kepada masyarakatnya, namun keluarga yang lain yang bermalas-malasan, mereka menelantarkan waktu-waktu yang ada yang mana mereka dalam keadaan tidak menghasilkan sedikit pun sesuatu yang dapat memberi manfaat dalam kehidupan dunia terlebih dalam kehidupan akhirat mereka.

Maka oleh karena itu, termasuk yang akan menolong seorang muslim untuk kokoh di atas agamanya dan berpegang teguh dengan agamanya adalah semangat dalam menuntut ilmu.

Apabila engkau memperhatikan siroh dari para ulama ……….. (kurang jelas) engkau akan mendapati bahwa mereka tidaklah menkdapatkan ilmu dengan cara bersantai ria, dengan cara mengistirahatkan tubuhnya, bahkan mereka mengatakan :

ان العلم لاينال برا حة الجسد                                  

“Sesungguhnya ilmu itu tidak akan diraih dengan bersantai ria, ilmu itu tidak akan bisa diraih dengan jasad yang tidak bersungguh-sungguh.

Mereka para ulama bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan menghasilkan ilmu, bahkan mereka tidak tidur di malam hari, mereka begadang di malam hari dan mereka berusaha untuk menghasilkan ilmu di siang harinya sehingga terkumpullah pada diri-diri mereka ilmu yang banyak, namun bukan berarti, ketika kita menganjurkan untuk menuntut ilmu dan memiliki semangat yang kuat dalam menuntut ilmu hal ini menunjukkan bahwa kita meninggalkan untuk mencari ma’isyah (Nafkah), untuk mencari pencaharian, untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita, tidak demikian.!!
 
Sebab para shahabat -Radhiyallahu ta’ala ‘anhum- mereka adalah orang-orang yang memiliki keluarga akan tetapi yang demikian tidaklah mencegah dan menghalangi mereka dari menuntut ilmu.

Tentu kalian telah mengetahui kisah Umar Ibnul Khattab -Radhiyallahu ‘anhu- bersama dengan seorang anshar, ketika mereka bergantian dalam menuntut ilmu, dalam satu hari umar ibnul khattab ingin menuntut ilmu kemudian orang anshar inilah yang bertugas untuk mencari ma’isyah ataukah memelihara kambing-kambing lalu kemudian di hari yang berikutnya mereka bergantian, umar yang bekerja dan anshar inilah yang menuntut ilmu di sisi Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, sehingga Al-Imamul Bukhari -Rahimahullah- beliau menyebutkan dalam kitab shahihnya  (باب التنوه فى العلم)  “Bab : Bergantian Dalam Menuntut Ilmu”, lalu kemudian beliau menyebutkan kisah Umar Ibnul Khattab –Radhiyallahu ‘anhu- ini.

Mereka (para ulama) juga bekerja, mereka juga mencari mata pencaharian, namun tidaklah mencegah mereka dari menuntut ilmu.

Diantara mereka ada yang bekerja untuk membuat kapas, diantara mereka ada yang bekerja untuk membuat sendal, diantara mereka ada yang pekerjaannya menjual kain, bahkan diantara mereka ada yang pekerjaannya menjual rempah-rempah seperti Al-Imam Al-Bazzar -Rahimahullah- seorang imam yang masyhur (terkenal), pekerjaan beliau menjual rempah-rempah kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh manusia, maka mereka juga mencari ma’isyah namun mereka juga bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu syar’I, bahkan Abdullah Ibnul Mubarak -Rahimahulla- yang disebutkan dalam biografinya bahwa tidak ada perbedaan antara Abdullah ibnul Mubarak dengan shahabat Nabi kecuali yang membedakan itu adalah zamannya dimana Ibnul Mubarak tidak satu zaman dengan para Shahabat Nabi –Radhiyallahu ta’ala ‘anhum- karena beliau bukan bagian dari para shahabat, akan tetapi beliau dikenal sebagai seorang yang senantiasa berbuat kebaikan dan mengamalkan amalan-amalan yang shaleh.

Ibnul  Mubarak –Rahimahullahu ta’ala- beliau dalam setahun menunaikan ibadah haji dan tahun yang berikutnya beliau berjihad, dan begitu seterusnya, dan diantara haji dan jihad beliau adalah menuntut ilmu dan beliau juga berdagang untuk memenuhi kebutuhan diri beliau dan bahkan memenuhi kebutuhan yang lainnya, bahkan beliau seringkali bersedekah yang diberikan kepada sekian banyak para ulama, jadi bukan hanya memenuhi kebutuhan hidup beliau saja akan tetapi juga beliau berusaha untuk membantu para ulama yang lain dalam menghasilkan ilmu yang bermanfaat.

Kita melihat kesibukan Ibnul Mubarak, beliau berdagang dan mencari nafkah namun hal itu tidaklah menghalangi beliau untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu sehingga beliaupun menjadi seorang Imam yang tidak tersamarkan oleh kita keimaman / kepemimpinan yang dimiliki oleh Abdullah Ibnul Mubarak –Rahimahullalhu Ta’ala-.

Seorang muslim harus memiliki cita-cita yang besar, cita-cita yang tinggi dan semangat yang tinggi, keadaannya seperti rumah lebah, dimana rumah lebah tersebut yang selalu terjadi gerakan, yang selalu terjadi kesibukan padanya, maka demikian pula sepantasnyalah rumah-rumah kita disibukkan dengan berbagai macam kesibukan, (seperti dengan) mengulang-ulangi ilmu yang telah kita pelajari lalu kemudian berusaha untuk mentranskrip pelajaran-pelajaran yang telah kita dengarkan atau mendengarkan kaset-kaset dan yang semisalnya, yang dengan nya –dengan izin Allah -Subhanahu wata’ala- kita akan melihat hasilnya di masa yang akan datang.

Setiap para ulama yang kita ketahui, mereka dari kalangan para ulama yang kita tidak akan mendapati seorangpun dari mereka bermalas-malasan dalam menuntut ilmu, namun yang ada dari perjalanan mereka, dari biografi mereka, bahwa mereka adalah orang yang dikenal sebagai orang yang bersungguh-sungguh dalam mendapatkan ilmu syar’i.

Saudara-saudaraku yang aku cintai, nasehat-nasehat itu sangat banyak namun kami menutup majelis ini dengan menyampaikan nasehat yang lain yang akan membantu seorang muslim agar dia kokoh di atas agama Allah -Subhanahu wata’ala- dan senantiasa berpegang teguh dengannya dalam menghadapi berbagai fitnah di zamannya.

(Bersambung InsyaAllah)...


0 komentar:

Post a Comment

 

by blogonol